Supra Fit, si "Joko Loro": Motor Tua Berjuta Kenangan
Setiap hari kita punya rutinitas: pagi berangkat kerja, siang mampir belanja, sore menjemput anak, malam membeli makan untuk keluarga. Di balik semua kesibukan itu, ada satu yang selalu setia menemani tanpa banyak keluh: kendaraan pribadi kita.
Entah itu motor matic yang lincah, city car yang hemat bahan bakar, atau mobil tua yang tetap tangguh meski usia tak lagi muda - semuanya memainkan peran penting dalam keseharian kita. Ia bukan sekadar alat transportasi, melainkan bagian dari ritme hidup, yang hafal jalur tercepat saat kita terlambat, tabah dalam kemacetan, dan tetap setia walau perawatan sering terlewat.
Begitu juga dengan saya.
Tahun 2004, saya dan istri sedang menata hidup, membangun fondasi kecil untuk masa depan. Dengan penghasilan yang pas-pasan, kami memberanikan diri mengambil sebuah Honda Supra Fit 100 cc secara kredit. Kami tidak memilih berdasarkan tren atau gengsi. Kami memilih berdasarkan kebutuhan dan kemampuan.
Kami menamainya Joko Loro.
Mungkin Anda bertanya, apa itu Joko Loro? Nama ini berasal dari bahasa Jawa. "Joko" berarti lelaki atau anak muda, sementara "Loro" berarti sakit, rekasa, atau susah.
Jadi, Joko Loro bisa diartikan sebagai "lelaki yang sedang kesusahan" atau "pemuda yang sedang berjuang dalam kesakitan dan keterbatasan."
Dalam konteks ini, makna Joko Loro adalah simbol dari perjalanan hidup kami di masa-masa sulit. Ia mewakili semangat juang anak muda yang belum mapan, tetapi terus melangkah meski banyak rintangan. Ia adalah perwujudan dari fase hidup kami yang penuh keterbatasan namun tetap dijalani dengan tekad dan ketulusan.