Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Genta Perang Tahun Ajaran Baru Telah Dibunyikan: Apa yang Harus Dilakukan Guru?

15 Juli 2025   19:43 Diperbarui: 15 Juli 2025   19:43 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Bendera Pada Awal Tahun Ajaran 2025/2026. Sumber: Dokumen Pribadi/Tupari

Genta Perang Tahun Ajaran Baru Telah Dibunyikan: Apa yang Harus Dilakukan Guru?

"... Hari ini adalah hari pertama kita masuk sekolah, menunaikan tugas mulia kita sebagai pendidik dan pengajar. Oleh karena itu saya mengajak kita semua untuk melaksanakan tugas dengan penuh integritas demi mengemban amanah..."

Ini adalah penggalan pesan dari Kepala Sekolahku pagi itu, dikirimkan lewat grup WA resmi sekolah dan menjadi penyulut semangat di hari pertama tahun ajaran baru.

Pesan itu bukan hanya pengingat, tetapi juga pertanda. Genta perang simbolik telah dibunyikan-menandai dimulainya kembali perjuangan besar dalam dunia pendidikan. Sebuah perjuangan panjang yang bukan sekadar menyampaikan materi, tapi mencetak karakter, menyemai harapan, dan meretas masa depan. 

Ini adalah perang, namun bukan perang dengan senjata, karena ini adalah perang melawan kebodohan. Barisan para guru, staf TU, dan seluruh elemen sekolah bergerak serempak. Bukan membawa senjata, melainkan ilmu, akhlak, dan kasih sayang sebagai amunisi utama.

Senin, 14 Juli 2025, sekolah melaksanakan upacara bendera perdana tahun ajaran 2025/2026. Dalam amanatnya, Kepala Sekolah menekankan pentingnya kedisiplinan, etika, dan kerja sama. Kepada siswa, beliau mengajak untuk belajar dengan tekun, menjauhi perilaku negatif, dan membangun semangat kebersamaan. Sementara kepada para guru, pesan itu mengingatkan kembali pada tanggung jawab luhur dalam mendidik dengan hati dan keteladanan.

Tahun ajaran ini juga datang dengan berbagai kebijakan baru dari pemerintah. Di antaranya, penghapusan SPP bagi jenjang tertentu di sekolah negeri, sebagai langkah menuju pemerataan akses pendidikan. Ada pula dorongan lebih kuat terhadap implementasi Pembelajaran Mendalam, peningkatan budaya literasi dan numerasi, serta transformasi digital di ruang-ruang belajar.

Namun sebelum menatap ke depan, perlu ada refleksi dari tahun sebelumnya. Di tengah dinamika sekolah, kita belajar bahwa membangun suasana belajar yang sehat bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga soal budaya positif. Salah satu evaluasi penting adalah menghindari budaya toxic, baik antar siswa maupun di lingkungan kerja. Tahun lalu, kita menyadari betapa pentingnya komunikasi yang sehat, apresiasi terhadap perbedaan, serta saling menjaga emosi dan semangat dalam menghadapi tekanan.

Kini, di tahun ajaran yang baru ini, harapannya sekolah bisa menjadi rumah belajar yang lebih ramah, terbuka, dan inspiratif. MPLS Ramah bagi siswa kelas X menjadi langkah awal yang menyenangkan untuk membentuk ikatan dan adaptasi positif. Sementara kelas XI dan XII langsung memulai pembelajaran, para guru juga bergerak menata ruang kelas dan menyiapkan proses ajar yang kreatif dan bermakna.

Tahun ini bukan hanya soal pelajaran dan ujian. Ia adalah soal nilai-nilai hidup yang kita tanam bersama: kejujuran, kerja keras, saling menghargai, dan keberanian untuk terus belajar.

Karena perjuangan guru itu tidak cuma soal berdiri di depan kelas sambil mengajar. Itu baru permukaan. Di balik layar, kita mulai lagi: menyusun perangkat ajar, bikin modul pembelajaran, unggah materi ke Google Classroom, menyiapkan soal dan rubrik penilaian, analisis hasil belajar, menyusun laporan, menjadi guru piket, menjadi pembina OSIS,  tim kurikulum ....- semuanya dimulai lagi.

Dan jangan lupa, sebagian dari kita juga harus jadi wali kelas, pembina ekstrakurikuler, pengurus proyek sekolah, ikut rapat ini-itu, dan jadi tempat curhat siswa yang lagi bingung sama hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun