Saya menyimak proses itu dengan diam-diam mengingat-ini persis seperti yang saya lakukan dulu, saat duduk di sisi meja yang sama, sebagai panitia verifikasi data.Â
Saat itu saya yang memeriksa berkas milik orang tua lain. Kini, berkas yang diperiksa adalah milik saya sendiri, dan saya merasakan bagaimana setiap gerakan, setiap komentar, bisa berdampak langsung pada perasaan orang tua di hadapan meja itu.
Pengalaman yang tampak sederhana ini ternyata menyimpan kontras yang sangat dalam-antara mereka yang memeriksa dan mereka yang diperiksa.
Saat map saya sampai di tangan panitia verifikasi, salah satu dari mereka berkata,
"Pak, ini surat pernyataannya belum ada ya?"
Saya tersentak. Seketika saya merasa cemas, bingung, dan sedikit tidak percaya diri. Padahal saya ingat betul telah menandatangani surat itu di atas materai. Saya lipat dengan hati-hati, saya masukkan ke dalam map bersama dokumen lainnya.
"Coba diperiksa lagi, Bu," saya katakan pelan, menahan panik yang mulai merambat naik.
Beberapa saat kemudian, panitia tersenyum dan mengangkat kertas kecil,
"Oh iya, ternyata terselip, Pak. Ini dia. Maaf ya pak"
Saya menghela napas lega. Sebuah momen sederhana, tapi menyisakan pelajaran yang dalam.
Di tengah proses itu, saya jadi teringat kembali pada masa ketika saya pernah duduk di seberang meja ini-bukan sebagai orang tua, tapi sebagai panitia SPMB. Tugas saya waktu itu adalah memverifikasi berkas para pendaftar. Saat menemukan data yang kurang atau tidak sesuai, saya akan menghubungi orang tua. Semua saya jalankan sebagai prosedur, entah perasaan apa yang dirasakan oleh orang tua saya tidak tahu.
Namun kini, ketika berada di sisi yang berbeda, anomali itu terjadi. Saya benar-benar merasakan tekanan psikologisnya. Rasa khawatir, takut ada yang kurang, takut anak tak diterima, bahkan malu kalau sampai dianggap tidak teliti-semuanya nyata. Padahal saya cukup paham sistemnya. Saya pernah berada di balik layar.
Lalu bagaimana dengan para orang tua lain yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai? Yang mungkin belum familiar dengan sistem daring, atau bahkan bingung dengan istilah-istilah teknis?
Saya membayangkan kepanikan mereka saat ada berkas yang kurang. Mungkin ada rasa takut, mungkin pula ada perasaan minder. Dan justru di sinilah letak pentingnya sikap ramah, sabar, dan empatik dari para panitia.