Kita sering mendengar bahwa media cetak berguguran karena digitalisasi.Â
Internet dan teknologi dianggap sebagai dalang utama yang menggeser kebiasaan membaca koran dan majalah ke platform online.Â
Namun, benarkah itu satu-satunya penyebab? Jika ditelusuri lebih dalam, ada faktor lain yang jauh lebih fundamental: rendahnya tingkat literasi masyarakat.
Saat kita menyalahkan era digital atas kematian media cetak, kita lupa bertanya, apakah masyarakat benar-benar berpindah dari cetak ke online?Â
Ataukah mereka justru semakin malas membaca secara keseluruhan?
Media Cetak: Mati Karena Perubahan atau Ditinggalkan?
Dulu, membaca koran di pagi hari adalah ritual bagi banyak orang.Â
Majalah menjadi sumber informasi dan analisis mendalam yang ditunggu setiap pekan atau bulan.Â
Namun, kini kebiasaan itu semakin langka. Sebagian orang memang beralih ke media digital, tetapi banyak juga yang benar-benar meninggalkan kebiasaan membaca.
Kemunculan internet seharusnya menjadi berkah bagi dunia informasi.Â
Artikel dan berita lebih mudah diakses tanpa harus membeli koran atau berlangganan majalah.Â
Namun, apa yang terjadi? Alih-alih beralih ke media digital yang berkualitas, banyak orang justru lebih tertarik pada konten ringan, clickbait, dan video singkat yang tidak membutuhkan daya pikir tinggi.