Musim penghujan tekah tiba. Dalam beberapa hari belakangan curuh hujan dengan intensitas sangat tinggi dan berlangsung cukup lama. Meski masih ada sedikit daerah yang sempat teraliri air, namun skala luasan dan lamanya air menggenang, sudah sangat jauh berkurang dibanding empat tahun sebelumnya.
Salah satu keberhasilan Pemprov DKI Jakarta mengatasi fenomena banjir yang masih menjadi problematik klasik di sejumlah daerah, adalah upaya terus-menerus melakukan pendalaman aliran air sungai melalui grebek lumpur yang dicanangkan Gubernur Anies Baswedan. Cara ini sangat efektif untuk memperlancar aliran air yang datang dari hulu seperti kawasan Puncak Bogor.
Upaya lain yang telah menjadi program sejak awal kepemimpinan Gubernur Anies adalah penambahan luas area resapan air. Sebab persoalan banjir tidak cukup hanya diatasi dengan memperlancar aliran sungai terlebih untuk wilayah dataran rendah seperti Jakarta. Pada saat terjadi pasang air laut, maka aliran air dari hulu pada akhirnya akan tertahan. Bahkan di beberapa titik muara, air laut  justru naik ke daratan.
Oleh karenanya, perluasan wilayah serapan menjadi faktor pendukung utama untuk mengatasi banjir yang tidak boleh diabaikan. Persoalannya, Pemprov DKI harus berpacu dengan pertambahan luas kawasan komersial serta pemukiman yang secara signifikan terus menggerus keberadaan lahan terbuka hijau.
Padahal lahan terbuka hijau terbukti efektif berfungsi sebagai daerah resapan baik secara alami maupun program pembuatan lubang-lubang biopori. Gerakan pembuatan lubang biopori yang telah dicanangkan sejak kepemimpinan Anies di Jakarta semakin terlihat efektif untuk mencegah terjadinya genangan di wilayah-wilayah yang telah bertahun-tahun menjadi langganan banjir.
Meski masih ada seddikit kendala namun kini target banjir surut dalam waktu 6 jam di tengah tingginya curah hujan sudah terbukti dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Jakarta. Jika pun masih ada satu-dua titik genangan, dipastikan lokasinya di bantaran sungai  sebagai dampak luapan air sungai yang datang dari hulu dengan volume tinggi akibat anomali cuaca. []
Baca Juga Artikel lainnya :
Mengkritisi Daya Kritis LBH JakartaÂ
Terungkap, Misteri Sidang Paripurna DPRD DKI Jakarta yang Dipaksakan