Mohon tunggu...
K.R. Tumenggung Purbonagoro
K.R. Tumenggung Purbonagoro Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pengamat dan Suka Menulis Twitter: twitter.com/purbonagoro

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pengalaman Spiritual Anies Baswedan Ziarah Makam Kyai Besari

4 Mei 2021   09:46 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:07 2399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan ziarah ke makam Kyai Ageng Muhammad Besari di Tegalsari (meninggal 1747M). Cerita berikut ini adalah sebagaimana disampaikan langsung oleh salah seorang yang mendampingi Anies Baswedan saat menemaninya ziarah (24/4/2021). Meski bukan penutur pertama, untuk mempermudah, penulis menempatkan diri sebagai orang pertama yang bercerita. Oleh karena izinkan penulis menggunakan istilah ‘saya’ untuk menggantikan nama penutur aslinya, yang tidak bersedia disebut namanya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sampai sekarang saya masih lupa namanya. Dia hadir di lokasi namun bukan bagian dari rombongan keluarga trah keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari. Dia tahu-tahu berada di makam saat Anies Baswedan, dengan diantar anggota trah, berziarah ke makam Kyai Ageng perintis sistem Pendidikan pondok pesantren di Jawa tersebut (sekitar abad 18). Pesantren yang didirikannya bernama Gebang Tinatar. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ziarah ke makam Kyai Ageng Muhammad Besari pada hari Sabtu Sore menjelang maghrib, 11 Ramadhan 1442H atau bertepatan dengan 24 April 2021M.

Yang saya ingat, orang itu berpeci putih, baju koko putih dan sarung berwarna gelap. Dia sebenarnya sempat memperkenalkan diri, tetapi sekilas, saya lupa untuk menaruh dalam prioritas ingatanku. Satu hal yang masih saya ingat, dia mengaku kenal dengan alm. Fattah Hidayat, salah satu keturunan keluarga pendiri Ponpes Gontor Ponorogo yang adalah teman Mas Anies waktu kuliah di UGM dulu. Karena menyebut nama alm. Fattah itulah Mas Anies juga merasa nyaman dan tidak melihatnya sebagai orang luar.

Sekilas mengenai alm. Fattah Hidayat, almarhum semasa kuliah memang dikenal sebagai sosok yang memiliki kelebihan dalam bidang 'ilmu khusus', istilahnya memiliki indera keenam. Teman-teman kuliahnya, terutama di UGM Jogja sangat mengetahui itu. Bahkan kami sendiri, tak jarang berkonsultasi soal-soal spiritual kepada almarhum. Semasa hidupnya, almarhum biasanya menelepon saya jika akan ada kejadian-kejadian luar biasa seperti gempa, gunung meletus, ataupun gonjang-ganjing politik, seakan-akan memberikan warning.

Kami ziarah dengan membaca tahlil dipimpin oleh sesepuh keturunan keluarga alm. Kyai Ageng Besari. Meski bukan bagian dari rombongan, orang tersebut masuk dan bergabung bersama kami di dalam makam. Dia bahkan duduk di sampingku. Begitu selesai tahlil, orang tersebut langsung memegang tangan Mas Anies dan mengajaknya masuk ke dalam cungkup makam, mendekat ke pusara makam Kyai Ageng.

Lagi-lagi karena merasa tidak asing, Mas Anies menuruti saja ajakannya. Sementara orang tersebut mengajak Mas Anies masuk ke dalam cungkup, saya dan anggota trah yang lain saling tengok, menanyakan apakah kenal dengan orang tersebut? Saya bertanya apakah dia bagian dari keluarga? Sebaliknya, mereka juga bertanya apakah dia bagian dari rombongan dari Jakarta?

Singkat cerita, orang tersebut memang beberapa menit memandu Mas Anies sendirian duduk di pusara makam tanpa ada diantara kami yang berani mendekat. Kami melihat dia menunjukkan sesuatu dan mengajak Mas Anies untuk memegang dan menaruh tangan di atas pusara makam yang dipenuhi dengan taburan bunga-bunga. Makam Ki Ageng Besari dikijing (gundukannya dikeraskan dengan bahan tembok), namun demikian di pada bagian tengah-atasnya tetap dibiarkan tidak dikijing sehingga tanah makamnya tetap kelihatan. Kami melihat orang tersebut meminta Mas Anies meletakkan tangan di situ. Kami juga melihat orang itu bercakap-cakap dengan Mas Anies, namun kami tak mendengarnya. Kami tak tahu apa yang dibicarakan, tak tahu apa yang disampaikan orang tersebut kepada Mas Anies.

Sampai kemudian, salah seorang dari anggota trah keluarga Kyai Ageng meminta ke saya untuk menarik orang tersebut agar keluar menjauh dari Mas Anies. Sepertinya keluarga tidak nyaman dengan perilaku orang tersebut, dianggap tak sopan, bukan keluarga masuk ke bagian cungkup terdalam makam. Bagian itu adalah yang paling sakral, peziarah biasanya hanya diizinkan berada dilokasi luar cungkup. Saya pun bergegas masuk dan mengajak agar orang itu segera keluar, dengan alasan hanya keluarga yang diperkenankan di dalam. Dia akhirnya menuruti saya keluar, meninggalkan Mas Anies sendirian di dalam cungkup, sebelum akhirnya salah satu dari keluarga menggantikan masuk menemani Mas Anies di dalam.

Tentu saja, begitu keluar, orang tersebut 'dimarahi' dengan ditanyakan: "Anda siapa? Dari mana?" Orang tersebut hanya menjawab bahwa dirinya dari Pondok Gontor, tidak jauh dari lokasi. Dan akhirnya orang itu pamit keluar. Kami tak sempat memantaunya lagi, perhatian kami fokus pada Mas Anies yang sedang di dalam cungkup makam. Pondok Gontor memang lokasinya tak jauh dari Makam Kyai Ageng. Pendiri Gontor juga merupakan trah keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari.

Selesai ziarah, kami melanjutkan buka puasa bersama di rumah peninggalan Kyai Besari. Rumah itu usianya sekitar tiga abad dan masih utuh. Warga menyebutnya sebagai Ndalem Ageng, artinya griya agung. Mas Anies disambut sangat hangat oleh keluarga besar keturunan Kyai Ageng Besari. Mas Anies bahkan melanjutkan mengikuti tarawih di Masjid Ageng, akhirnya menginap di rumah tersebut. Makam, masjid dan Ndalem Ageng masih berada dalam satu kompleks. Masih di dalam kompleks tersebut, juga terdapat rumah kecil yang dahulu dipakai untuk tempat tinggal pujangga Jawa termashur, Ronggowarsito, sewaktu masih nyantri kepada Kyai Ageng Muhammad Besari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun