Mohon tunggu...
trisnatun abuyafi
trisnatun abuyafi Mohon Tunggu... guru -

Trisnatun Abuyafi, seorang guru di Banyumas yang sedang dan akan terus belajar menulis. Berharap dengan menulis dapat berbagi dan menerima lebih banyak wawasan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kaki Pak Saleh

6 Agustus 2015   11:35 Diperbarui: 6 Agustus 2015   13:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pak Saleh itu kecelakaan dan patah kakinya. Diobati di sebuah rumah sakit tulang dan sembuh. Mahalnya biaya operasi dan pengobatan tulang tak mungkin terjangkau oleh kekuatan ekonominya yang hanya di topang oleh berdagang sembako kecil-kecilan. Pak Saleh merasa bersyukur kepada Allah karena ada program jaminan kesehatan dan dirinya merasa tertolonghingga kakinya dapat sembuh. Ibadahnya pun menjadi semakin baik karena merasa sangat bersyukur kepada Allah, kakinya dapat pulih lagi.

Suatu pagi, dia membaca berita bahwa lembaga penjamin dana keshatan itu prosedurnya tidak benar, tidak syariah bahkan cenderung haram.Pak Saleh itu lantas berpikir, termenung dan menyesali nasibnya. Pikiran, ilmu dan perilakunya yang sederhana tak mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi di negerinya kini. Betapa sedih hatinya, karena kakinya disambung oleh dokter dan dibayar dengan dana yang haram. Maka, dirinya sangat ingin datang kepada sekumpulan ulama itu. Dia ingin bertanya dan mengadu. Mungkin juga lelaki yang memang sholeh itu akan minta agar kakinya di potong saja. Dirinya sungguh merasa sangat takut, ada bagian yang haram di tubuhnya. Dia sangat khawatir kaki yang disambung dengan dana haram itu, akan menyebabkan ibadahnya tertolak dan mungkin jadi penyebab dirinya masuk neraka. Sangat sedih dan bingung lelaki sholeh itu memikirkan keadaan dirinya. Hilanglah kegembiraan hatinya terhadap kaki patah yang sudah sembuh itu.

Sementara, sebuah lembaga lain yang mengumpulkan dana lebih besar untuk ibadah yang lain, sepertinya belum pernah ada fatwa halal haramnya.Walaupun jelas bahwa agama melarang riba, mengharamkan orang mencuri atau menggunakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah. Bagaimana dengan orang - orang yang berhaji atau menyalurkan dana infaq, zakat dan sodaqohnya dengan bantuan lembaga yang memberlakukan riba? Bagaimana pula jika dana yang sudah terkumpul sementara di korupsi dulu oleh orang orang yang di beri amanah mengurusi?? Pak Saleh semakin pusing pikirannya namun merasa itu semua bukanlah urusannya.Itu bukan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Kini yang dia pikirkan adalah kakinya yang kini sudah sembuh dari patahnya namun mengganggu ketenangan hatinya.Maka, haruskah Pak Saleh yang sederhana hidupnya, yang mencari bekal kehidupan dengan berdagang sembako kecil-kecilan itu, memotong kakinya demi kesetiaannya pada nilai nilai kebenaran???

Kasihan Pak Saleh, sampai bulan berganti dirinya masih merasakan kebingungan. Kebingungan hatinya menyebabkan dirinya merasa tak pantas lagi mengikuti sholat jamaah di masjid terdekat rumahnya karena merasa satu kakinya telah menjadi barang yang haram dan menempel bahkan menopang tubuhnya. Apalagi untuk berangkat mengikuti muktamar salahsatu organsisasi besar agamanya. Selain tak punya cukup uang untuk bekal, niatnya semakin surut karena perasaan mindernya memiliki kaki yang haram.Sungguh, ini negeri yang dipenuhi oleh banyak hal yang membingungkan bagi orang-orang yang berpikir dan bertindak sederhana dalam hidupnya dan berusaha ikhlas.

Ajibarang, 2 agustus 2015

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun