Mohon tunggu...
Tuhu Nugraha Dewanto
Tuhu Nugraha Dewanto Mohon Tunggu... Konsultan - Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)

I am a digital and metaverse business consultant with a broad experience in various fields including consulting, training, lecturing, and digital campaign execution. My expertise lies in social media, digital transformation, integrated digital strategy, cybersecurity, and new technology such AI, blockchain, and metaverse. I have collaborated with over 100 clients across diverse industries and have been involved as a mentor in multiple startup incubation programs. In addition to my consultancy work, I am also an experienced trainer and guest lecturer, with over 2000 hours dedicated to teaching digital transformation, digital marketing, and social media. I have worked with large companies and institutions across Indonesia, and my opinions on digital marketing and social media have been featured in prestigious Indonesian media. Moreover, I have expanded my expertise to the international stage, speaking about new technologies like AI and blockchain in various countries including Dubai, Istanbul, and Singapore.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Website di Era Social Media, Masih Relevankah?

1 Maret 2012   15:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:40 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330640755394129234

[caption id="attachment_174479" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Kalau jaman dulu, pintu masuk brand ke ranah digital adalah website. Maka sekarang semua brand buru-buru pengen eksis di social media, terutama Facebook dan Twitter. Budget pemasaran digital pun sepertinya saat ini lebih banyak dikonsentrasikan ke pemeliharaan, dan membuat kampanye di social media, dan website korporat dan brand seperti ditinggalkan, kalaupun ada hanya dibuat seadanya. Lalu apakah strategi berkonsentrasi ke social media, dan menelantarkan  website merupakan sesuatu yang bijaksana? Karena saat ini kan audiens lebih banyak berada di social media, dan lebih senang berinteraksi dengan brand via social media. Apabila Anda berpikir dengan hadirnya social media, maka era website telah berakhir, dan mempunyai website menjadi sesuatu yang tidak diperlukan lagi, ini adalah sebuah strategi yang kurang bijaksana. Menurut saya walaupun saat ini social media lebih populer dibandingkan  website, dan konsumen pun lebih nyaman mengunjungi social brand dibandingkan website brand dan korporat. Tetapi website tetap memiliki peran vital dalam portofolio digital sebuah perusahaan. Beberapa hal berikut bisa dijadikan pertimbangan, mengapa brand Anda tetap harus mempunyai website yang digarap dengan serius. Validasi Informasi Peran paling vital dari sebuah website dari dahulu hingga saat ini yang belum tergantikan oleh social media adalah validasi informasi. Informasi yang diperoleh melalui website resmi dianggap lebih terpercaya dibandingkan dengan yang ada di social media. Misalnya apabila brand membuat kuis atau bagi bagi hadiah. Mereka yang ingin mengkonfirmasi kebenaran kuis tersebut, akan mencari informasi lengkap mengenai hal ini di website. Karena seringkali terjadi penipuan yang dilakukan di social media, mengatasnamakan brand. Hal lainnya yang terkait hal ini misalnya ketika jurnalis dan media membutuhkan informasi mengenai brand atau perusahaan. Akan lebih memudahkan bagi mereka, bila brand menyediakan semua foto dan press release secara lengkap di website. Ini untuk menghindari kesalahan penyebutan nama, dan juga informasi yang keliru tentang produknya. Website brand dan perusahaan punya peran yang sangat vital juga apabila terjadi krisis terhadap brand, misalnya brand dilanda berita negatif. Konsumen dan media pastinya akan mencari konfirmasi dan penjelasan dari perusahaan melalui website resmi, karena dianggap lebih otoritatif. Dan kita tidak pernah tahu kapan terjadi krisis di digital, dan penyebarannya bisa sangat cepat. Apabila sudah ada penjelasan secara formal di website, maka informasi tersebut akan bisa dikirimkan ke berbagai social media ataupun komunitas. Flesibilitas & Antisipasi Perubahan Perilaku Hal kedua yang perlu diantisipasi adalah social media itu bukan dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan atau brand. Ibaratnya kita numpang eksis disana, sewaktu-waktu mereka bisa mengubah kebijakan yang mungkin akan merugikan brand, atau sewaktu-waktu bisa saja audiens beralih dari Facebook dan Twitter ke social media baru. Atau malah perilakunya berubah sama sekali, audiens berkerumun di aplikasi, bukan lagi di social media. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena perubahan di dunia digital sangat cepat. Bukan dalam hitungan tahun, tapi bulan dan hari. Apa jadinya bila Anda menginvestasikan begitu banyak sumber daya untuk mengumpulkan fans di Facebook, dan membuat begitu banyak aplikasi disana. Dan ternyata satu bulan kemudian, Facebook membuat kebijakan FB brand ditutup, atau audiens beralih. Maka semua investasi akan sia-sia, dan harus memulai dari awal lagi. Dan hal ini bisa saja terjadi.Sementara ketika mempunyai website maka kendali sepenuhnya berada di tangan Anda. Lalu pertanyaan berikutnya, dari budget digital marketing. Berapa persen yang seharusnya dialokasikan untuk membuat, memelihara dan mengembangkan website? Jawabannya sangat tergantung dengan brand yang Anda kelola dan perilaku konsumen. Apabila brand yang Anda kelola adalah produk yang konsumen akan melakukan riset mendalam terlebih dahulu sebelum membeli, misalnya mobil, motor atau produk elektronik. Maka sudah sepatutnya budget untuk website lebih besar. Mengapa? Karena informasi spesifikasi mengenai produk menjadi sangat penting sebelum mereka melakukan pembelian. Namun apabila produk yang Anda jual, adalah produk yang orang akan membelinya secara impulsif tanpa perlu melakukan riset seperti snack, minuman ringan dll. Maka budget untuk website tidak perlu besar, konsentrasi budget terbesar seharusnya adalah di social media, untuk mengingatkan mereka pada produk kita. Apakah Anda setuju dengan ini? Mari kita berdiskusi

Tuhu Nugraha Dewanto

Social Media Head, NB Agency Asia Follow on Twitter: @tuhunugraha LinkedIn: http://www.linkedin.com/in/tuhunugraha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun