Benih unggul tersedia, pupuk melimpah, dan teknologi pertanian memastikan panen melimpah. Tapi kemudahan ini adalah hasil dari ribuan tahun pengorbanan.
Para leluhur telah melakukan riset paling dasar. Kita tinggal meneruskan, memanen, dan menikmati. Kita tak perlu lagi bertanya apakah singkong beracun atau bagaimana mengolah gabah menjadi nasi. Semua telah diwariskan.
Mengapa Masih Ada yang Kelaparan?
Tapi di tengah semua kemudahan, muncul ironi pahit: kenapa masih ada orang yang mati kelaparan?
Kita bukan kekurangan makanan. Dunia ini punya cukup pangan untuk semua. Tapi distribusinya timpang. Akses dibatasi. Kebijakan tidak adil. Pemborosan makanan masih terjadi di mana-mana.
Inilah krisis kemanusiaan kita. Kelaparan modern bukan lagi soal jumlah, tapi soal keadilan sosial.
Seruan Aksi: Syukur, Hemat, dan Bergerak
Kisah ini seharusnya membangkitkan rasa hormat dan syukur. Tapi juga mendorong kita bertindak.
Bersyukurlah: Setiap butir nasi adalah warisan perjuangan ribuan tahun.
Berhematlah: Makanan yang terbuang adalah tamparan bagi jutaan perut kosong.
Beraksilah: Dukung gerakan melawan kelaparan. Donasi, edukasi, atau cukup dengan menanam di halaman sendiri.