Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kerusuhan di Wamena Tewaskan 16 Orang, Penyebabnya karena Hoaks?

23 September 2019   21:01 Diperbarui: 24 September 2019   06:14 3017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokumen Pribadi (grup WhatsApp alumni)

Tadi pagi salah seorang teman semasa kuliah dulu yang saat ini tinggal di Merauke tiba-tiba membagikan sebuah kabar di grup WhatsApp alumni bahwa ada kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

"Teman2 semua mohon doa untuk Papua khususnya Wamena rusuh lg," tulis Edmunda di grup WhatsApp alumni.

Saya dan beberapa teman lain sempat memintanya untuk memastikan apakah informasi yang dibagikannya fakta atau hoaks, tetapi dia pastikan benar kejadiannya demikian.

"Tdk Teresia (salah seorang teman alumni), kknya suster ada di wamena. Skrg mereka lg bakar kantor bupati," tulisnya lagi.

Tidak hanya informasi dalam bentuk tulisan, teman saya itu juga membagikan sekian gambar terkait situasi rusuh di Wamena. Dia pun meminta kami semua berdoa agar suasana di sana segera kondusif.

Sama dengan yang dirilis oleh beberapa media, teman saya yang berprofesi sebagai guru tersebut mengungkapkan penyebab dari timbulnya kerusuhan di Wamena, yaitu berawal dari dugaan ucapan bernada rasial seorang guru terhadap siswa di sekolah.

Tidak menerima ucapan rasial, sebagian besar siswa marah dan menyebarluaskan kabar itu ke masyarakat sehingga terjadilah unjuk rasa di Kota Wamena.

Namun menurut keterangan Humas Polda Papua, ucapan bernada rasial itu sesungguhnya adalah hoaks yang terlanjur tersebar di masyarakat, karena sudah dilakukan pemeriksaan.

"Pada tanggal 18 September 2019 lalu di Wamena ada isu seorang guru mengeluarkan kata rasis. Setelah dilakukan pengecekan, isu itu tidak benar. Akibat provokasi tersebut, para pelajar maupun masyarakat melakukan unjuk rasa dan terjadi pembakaran beberapa kantor pemerintah, seperti kantor Bappeda, ruko-ruko milik masyarakat dan beberapa motor juga dibakar," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal. 

Aksi unjuk rasa terjadi sekitar pukul 09.15 WIT. Massa unjuk rasa sampai bertindak anarkis dengan membakar rumah warga, kios, kantor PLN dan kantor pemerintah yaitu Kantor Bupati Jayawijaya.

Gambar: Dokumen Pribadi (grup WhatsApp alumni)
Gambar: Dokumen Pribadi (grup WhatsApp alumni)
Dampak kerusuhan ternyata berakibat juga pada lumpuhnya operasional Bandara Wamena. Pihak pengelola bandara memutuskan untuk menghentikan operasional hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Menyaksikan aksi massa yang semakin brutal, petugas keamanan gabungan TNI dan POLRI ikut turun tangan. Mereka berusaha memukul mundur langkah massa, yang sebagiannya terdiri dari para pelajar.

Sesudah berinteraksi di grup alumni dari pagi sampai sore, teman saya itu tidak membagikan lagi informasi terbaru mengenai kondisi di Wamena. Namun saya inisiatif mencari informasi update di berbagai media terpercaya, salah satunya Kompas.com.

Menurut informasi sajian Kompas.com, akibat kerusuhan di Wamena, di samping kerusakan fisik (gedung, kios dan perkantoran), ada sekitar 16 orang meninggal dunia dan 65 orang mengalami luka-luka. Semua korban merupakan warga sipil. Pihak keamanan memastikan kondisi di Wamena diupayakan kondusif.

"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban. Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Komandan Kodim 1702 Jayawijaya, Letkol (Inf.) Candra Diyanto.

Semoga penyebab timbulnya korban luka dan meninggal bukan karena terkena peluru petugas keamanan. Karena berdasarkan informasi, sempat ada bunyi tembakan.

Umpamanya bukan hoaks, mengapa kita (khususnya guru pengujar kata bernada rasial) tidak bisa menjaga lisan? Bukankah masih ada luka yang tersisa akibat insiden serupa di Surabaya beberapa waktu lalu?

Sampai kapan kita mau berhenti menyinggung perasaan sesama dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas? Tidak adakah cara lain yang lebih bijak ketika hendak meluapkan kekesalan dan amarah?

Mari kita jaga kedamaian negeri ini. Perjuangan kita masih panjang dalam meraih cita-cita bersama. Mudah-mudahan korban luka diberi layanan kesehatan terbaik dan korban meninggal damai di sisi Tuhan.

Dan yang lebih penting lagi, jangan sampai ada aksi rusuh susulan, serta kemarahan warga tidak ditunggangi oleh mereka yang berniat buruk. Warga, pemerintah setempat dan pihak keamanan wajib duduk bersama menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

Dan jika memang telah dibuktikan adalah hoaks, maka pihak penegak hukum wajib mengusut siapa saja pelaku penyebarannya. Jangan sampai kondisivitas di negeri ini dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

***

Referensi: [1] [2] [3] [4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun