Belakangan salah satu kuliner khas Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hangat dibahas publik, terutama di media sosial oleh para netizen. Bagaimana tidak, nama makanan yang bahan utamanya terdiri dari pisang, beras ketan, dan santan ini dinamakan "memek".
Buat mereka yang belum paham, nama tersebut sepintas berkonotasi negatif karena identik dengan organ intim wanita, padahal tidak demikian. Sekadar informasi, "memek" disebut telah dinobatkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Nama "memek" berasal dari kata "mamemek" yang artinya mengunyah beras. Jadi, jangan ada lagi yang salah paham pengertian ya. Kata itu merupakan ujaran bahasa sehari-hari masyarakat Pulau Simeulue.
Kita tahu bahwa Indonesia cukup beragam, mulai dari suku, ras, agama, budaya, dan bahasa. Kata "memek" yang selama ini diidentikkan negatif tidak boleh diberlakukan sama di semua wilayah.
Proses pembuatan "memek" sebenarnya cukup mudah, asalkan bahan-bahan dasar tadi tersedia lengkap. Cara membuatnya yaitu beras ketan (atau pulut) digongseng atau disangrai, lalu pisang matang dihancurkan sampai lumat tapi masih bertekstur kasar.
Baru kemudian pisang yang sudah tercampur ditaburi beras ketan sangrai. Begitulah cara membuat "memek". Cukup sederhana, bukan? Bagi yang tertarik, sila dicoba di rumah. Jadi tidak perlu jauh-jauh pergi ke Aceh hanya untuk menikmati "memek".
Di Aceh, selain dijual di sekitar destinasi wisata atau kafe-kafe dengan harga per porsi Rp 5.000, sajian buat para tamu, "memek" juga kerap dijadikan sebagai makanan untuk berbuka puasa karena rasanya yang manis dan gurih.
"Hari ini memek dapat dijumpai di destinasi-destinasi wisata dalam sajian makanan khas, antara lain menek, rabaha batok, tabaha longon, sanggal batok, lompong batok, kule tafee, dan lainnya," ujar Abdul Karim, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Simeulue (1/9/2019).
Mudah-mudahan tulisan ini bisa memperjelas perihal makanan unik khas Aceh itu. Sekali lagi, Indonesia cukup kaya, termasuk makanan-makanan khas yang dimilikinya.
***