Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karir Politik Habis tapi Semangat Tetap Menyala, Itulah Ahok

23 Juli 2019   01:48 Diperbarui: 23 Juli 2019   01:54 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok bersama warga | tribunnews.com

Pada acara penganugerahan Rooseeno Award IX-2019, di mana dinobatkan sebagai penerima penghargaan itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok berujar bahwa dirinya sudah tidak mungkin lagi sehebat dulu di dunia politik karena terlanjur mendapat citra buruk di tengah masyarakat.

Citra buruk yang dimaksud Ahok adalah mengenai kasus penistaan agama yang pernah membelitnya serta persoalan di dalam keluarganya.

"Orang mayoritas beragama sudah mencap saya penista, masyarakat kelas menengah, terutama ibu-ibu, marah karena urusan perceraian saya dan pernikahan saya. Jadi, ya sudah sebetulnya sudah selesai (karier politik)," ujar Ahok (22/7/2019)

Oleh sebab itu Ahok mengaku sangat tidak mungkin mengambil posisi tertentu di pemerintahan, meskipun belakangan ini namanya ramai dibicarakan publik sebagai salah satu calon menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin untuk periode 2019-2024.

"Saya tidak mungkin jadi menteri. Saya kan sudah cacat di republik ini. Bukan pesimis, tapi saya memberi tahu fakta dan kenyataan," tambah Ahok.

Namun Ahok berkomitmen akan terus membantu warga yang membutuhkan dengan caranya sendiri. Tentang apa yang dia lakukan ke depan, sila baca: Ahok Bakal Luncurkan Aplikasi "Jangkau" untuk Bantu Orang Miskin.

Entah kenapa, saya pribadi merasa sedih dan terharu membaca apa yang diutarakan Ahok itu. Saya sedih karena orang sekaliber dia terpaksa tidak lagi bisa melebarkan sayap, terutama di dunia politik.

Padahal politisi sekelas Ahok sungguh dibutuhkan negeri ini. Bukan memuji dia berlebihan, tetapi memang faktanya demikian. Cukup langka orang-orang seperti dia. Dia pekerja keras, disiplin, tegas dan jujur.

Betul Ahok tampak arogan dan sering dianggap kasar. Tapi bukankah arogansi yang dinilai oleh sebagian orang tertentu sebenarnya ditujukan kepada mereka yang malas bekerja, korupsi dan mau seenaknya saja?

Bukankah pula dengan kata-kata kerasnya akhirnya berbuah baik terhadap sistem dan proses pelayanan masyarakat selama dia menjabat?

Memanglah, tidak semua orang mau menerima sikap tegas, inginnya yang lemah-lembut padahal jauh dari harapan. Ahok tegas di saat dibutuhkan, tapi di saat tertentu dia juga kerap melontarkan humor, candaan dan sebagainya.

Namun apa daya, kata sambutannya di Kepulauan Seribu beberapa tahun yang lalu malah menjadi awal buruk baginya. Cita-citanya untuk berbuat lebih kepada warga justru terhenti. Semoga dia mengambil hikmah dari peristiwa itu.

Kemudian terkait perceraian dan pernikahannya, sebetulnya orang-orang yang tidak mengerti duduk persoalan mestinya diam saja, tidak perlu menyudutkan Ahok dan keluarganya.

Hanya Ahok dan Veronica Tan yang paling tahu apa sebenarnya masalah yang menimpa keluarganya. Sekali lagi hanya mereka berdua yang tahu. Orang lain tidak perlu sok tahu.

Saya malah berpikir, jangan-jangan orang-orang yang mempersoalkan keluarga Ahok justru kondisi keluarga mereka lebih berantakan lagi. Mereka belum tentu sebaik Ahok dalam mengendalikan bahtera keluarga.

Ahok menceraikan Veronica Tan lalu kemudian menikahi Puput pasti sudah melalui pertimbangan yang amat matang. Ahok bukanlah orang sembrono, apalagi menyangkut kebaikan keluarganya. 

Ahok tahu apa yang paling baik dia lakukan demi dirinya sendiri, mantan isterinya (Veronica Tan) dan ketiga anaknya. 

Adakah di antara kita yang melihat anak-anak Ahok tidak terurus karena terlantar? Apakah mereka saling membenci satu sama lain? Tidak. 

Mereka tetap menjalankan aktivitas layaknya tanpa masalah. Bahkan kalau dibandingkan dengan keluarga "broken home" pada umumnya, keluarga Ahok salah satu yang terbaik.

Marilah kita hargai keluarga Ahok karena keluarga kita belum tentu lebih baik dari mereka.

Selanjutnya saya juga merasa terharu. Mengapa? Karena walaupun karir politik Ahok berakhir dan tersudut gara-gara masalah keluarga, dia masih memperhatikan nasib orang lain. Saya dan Anda barangkali sulit melakukan hal yang sama, bukan?

Jika saya berada di posisi Ahok sekarang ini, saya akan fokus pada diri sendiri dan keluarga saja. Tidak perlu berbuat banyak, toh hidup sudah mapan. Daripada suatu hari disalah-salahkan lagi, mending menarik diri secara total. 

Tapi Ahok berbeda dengan saya dan mungkin juga Anda. Dia memutuskan untuk terus berkarya, mencari rezeki tambahan, yang kemudian disumbangkan kepada mereka yang berkekurangan. Menurut saya, dia sungguh menginspirasi. Sila nilai dengan pandangan berbeda.

Sesuai namanya, "Basuki Tjahaja Purnama", Ahok adalah cahaya rembulan yang bersinar di waktu malam untuk menerangi kegelapan. Awan dan mendung boleh menutupnya sementara, tapi berikutnya dia akan muncul kembali.

***

[1] [2]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun