Abaikan cerita pengalaman saya. Saya tidak punya waktu yang cukup untuk menguraikan semuanya.
Tiga hari yang lalu, saya disajikan pemandangan jalan yang sama persis dengan kondisi empat tahun silam. Seorang teman di media sosial Facebook, yang kebetulan sepupu istri saya, memposting beberapa foto di laman pribadinya. Di postingan itu dia menulis betapa malunya dia menjadi seorang warga Sanggau.
"Begitu malunya saat ditanya kawan-kawan dari luar Kecamatan Jangkang ketika mereka mau berkunjung ke sana, menanyakan: Bisakah mobil masuk ke sana? Baguskah jalannya? Gimana jalan di sana? Di situ kita merasa malu dan bertanya dalam hati: Ke mana sih Pemda Kabupaten Sanggau?"
Sebagai orang yang sudah menjadi bagian dari keluarga besar Sanggau, saya juga merasakan dan mempertanyakan hal yang sama. Para pembaca mesti tahu, kondisi jalan parah di sana sudah menahun. Puluhan tahun belum diperbaiki sampai sekarang.
Kemana Pemda Kabupaten Sanggau? Apa saja yang mereka lakukan sehingga tidak peduli kondisi daerahnya?
Bukankah ketika anggaran daerah tidak mencukupi, mereka bisa teriak minta tolong kepada pemerintah pusat?
Tidak pernah terlintaskah di benak mereka bahwa untuk mengangkat derajat kehidupan warganya harus memotong rantai isolasi?
Mengapa gedung pemerintah di sana bisa berdiri megah di atas kondisi daerah yang sangat memperihatinkan?

Semoga para pembaca berkenan membagikan tulisan ini agar terbaca oleh mereka yang berkepentingan, terutama pemerintah daerah Kabupaten Sanggau. Syukur-syukur presiden juga ikut membaca.
Salam anak bangsa, salam NKRI!
***