Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa keterbatasan fasilitas masih menjadi tantangan. Tidak semua ruang kelas memiliki perangkat teknologi yang lengkap, dan jaringan internet pun belum sepenuhnya stabil. Namun, semangat guru untuk terus belajar dan mencoba menjadi faktor utama yang mendorong keberhasilan program ini.
"Kami sangat terbantu. Awalnya saya ragu, tapi setelah dibimbing pelan-pelan, ternyata bisa. Sekarang saya jadi lebih percaya diri," lanjut guru tersebut.
Dampak positif tidak hanya dirasakan oleh guru dan siswa, tetapi juga oleh para mahasiswa. Mereka memperoleh pengalaman langsung dalam menghadapi tantangan pendidikan di lapangan, belajar berkomunikasi dengan tenaga pendidik, serta menumbuhkan kepekaan sosial terhadap kebutuhan masyarakat.
Program ini juga menjadi bukti bahwa kolaborasi antara kampus dan sekolah bisa menjadi solusi nyata dalam menjawab tantangan pendidikan di era digital. Tidak perlu menunggu infrastruktur sempurna---dengan pendekatan yang tepat, pelatihan yang praktis, dan kemauan yang kuat, perubahan bisa dimulai dari ruang kelas sederhana.
Langkah kecil yang dilakukan di MIN 1 Lampung Selatan ini menjadi contoh bahwa madrasah pun mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Guru menjadi lebih kreatif, siswa lebih semangat belajar, dan pendidikan agama pun tampil dengan wajah baru: lebih hidup, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan anak-anak masa kini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI