Mohon tunggu...
Tubagus Akhmad Al Gifari
Tubagus Akhmad Al Gifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya Bermain bola, saya orang yang condong introvert, dan favorit saya musik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Adaptasi Baru dengan Bangkitnya Globalisasi Baru

24 Juni 2022   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2022   17:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenarnya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik.

Dengan berakhirnya hiperglobalisasi skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. Mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogative negara bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negri, perdamaian dan keamanan luar negri.

Pandemi covid 19 dan perang rusia dan ukraina telah menurunkan pasar global ke peran pendukung sekunder dan paling banter di balik tujuan nasional yaitu khususnya kesehatan masyarakat dan keamanan nasional negara. Tetapi semua pembicaraan tentang deglobalisasi tidak boleh membutakan kita terhadap kemungkinan bahwa krisis saat ini sebenernya dapat menghasilkan globalisasi yang lebih baik.

Hiperglobalisasi runtuh di bawah banyak kontradiksi. Pertama ada ketegangan antara keuntungan dari diversifikasi dan keuntungan dari spesialisasi. Garis besarnya adalah pemikiran pembangunan menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mendorong ekonomi nasional untuk menghasilkan apa yang di lakukan negara negara kaya. 

Kedua hiperglobalisasi memperburuk masalah distribusi di banyak negara. Ketiga hiperglobalisasi menggerogoti akuntabilitas pejabat public terhadap pemilihnya. Keempat logika zero sum keamanan nasional dan persaingan geopolitik bertentangan dengan logika positif sum kerja sama ekonomi internasional (aswin,2022)

Modernisasi muncul dengan ditandai dengan mulai merebaknya sistem gloalisasi dimana setiap negara atau individu mulai saling bekerjasama dan peniadaan sekat atau batas antar negara. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia menyambut baik akan adanya Perkembangan teknologi di era globalisasi ini meskipun tidak sedikit yang kesulitan akan perkembangan teknologi yang serba canggih saat ini. 

Sambutan baik terhadap perkembangan era globalisasi ini terbukti dengan perilaku masyarakat yang sangat suka menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi. (Harara 2016) 

Selain dampak positif yang terjadi atas perkembangan teknologi komunikasi tersebut, pada kenyataannya globalisasi juga memberikan dampak buruk yaitu terjadinya perubahan sosial didalam masyarakat akibat masuknya pengaruh negara luar dan menghilangkan budaya asli suatu negara Dengan runtuhnya hiperglobalisasi, skenario ekonomi dunia berjalan secara keseluruhan. 

Namun, dimungkinkan juga untuk membayangkan skenario yang baik di mana kita mencapai keseimbangan yang lebih baik antara hak prerogatif negara-bangsa dan persyaratan ekonomi terbuka. Penyeimbangan kembali semacam itu mungkin memungkinkan kemakmuran inklusif di dalam negeri dan perdamaian dan keamanan di luar negeri.

Hiperglobalisasi runtuh di bawah banyak kontradiksi, Pertama, ada ketegangan antara keuntungan dari spesialisasi dan keuntungan dari diversifikasi produktif. Kedua, hiperglobalisasi memperburuk masalah distribusi di banyak negara. Sisi lain yang tak terhindarkan dari keuntungan perdagangan adalah redistribusi pendapatan dari yang kalah kepada yang menang.Ketiga, hiperglobalisasi menggerogoti akuntabilitas pejabat publik terhadap pemilihnya. Keempat, logika zero-sum keamanan nasional dan persaingan geopolitik bertentangan dengan logika positive-sum kerja sama ekonomi internasional (aswin,2022)

Beberapa orang mungkin khawatir bahwa penekanan pada tujuan ekonomi dan sosial domestik akan merusak keterbukaan ekonomi. Pada kenyataannya, kemakmuran bersama membuat masyarakat lebih aman dan lebih mungkin untuk menyetujui keterbukaan terhadap dunia. Pelajaran utama dari teori ekonomi adalah bahwa perdagangan menguntungkan suatu negara secara keseluruhan, tetapi hanya selama masalah distributif ditangani, demi kepentingan pribadi negara-negara yang dikelola dengan baik dan tertata dengan baik untuk bersikap terbuka. Ini juga merupakan pelajaran dari pengalaman nyata di bawah sistem Bretton Woods, ketika perdagangan dan investasi jangka panjang meningkat secara signifin (aswin,2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun