Tiga "Tuanku Mudo" dan seorang Gus, Jumat 26 April 2024 bersua dalam silaturahmi dan diskusi.
Ya, silaturahmi dan diskusi yang disengaja sebagai tindak-lanjut dari seminar nasional pekan lalu.
Adalah Tuanku Mudo Duski Samad, Tuanku Mudo Suhaili, Tuanku Mudo Damanhuri, dan Gus Firdaus.Â
Siang menjelang sore. Di komplek Pondok Pesantren Darul Ikhlas yang diasuh Tuanku Mudo Suhaili. Kami bersua dalam pertemuan yang terbilang panjang.
Tapi tidak pula terlalu lama. Ketika Gus Firdaus saya suruh berbelok ke kiri setelah jembatan Lubuak Tajun, rupanya Tuanku Mudo Suhaili sedang di sana.
Tentu langkah tepat untuk sebuah keputusan yang baik. Sebab, surau yang ditinggalkan Buya H. Zubir Tuanku Kuniang yang kini diasuh Tuanku Mudo Suhaili ada satu lagi di Toboh Ketek.
Setidaknya, kami ke sini sowan. Begitu Tuanku Mudo Duski Samad, memulai pembicaraan dengan tuan rumah, Tuanku Mudo Suhaili.
Soal dalam artian luas, lebih luas dari sejumlah persoalan yang kini tengah menggerogoti "jantung tradisi tuanku" itu sendiri.
Seperti khutbah Jumat bahasa Arab, rukyatul hilal, dan pribadi Tuanku Shaliah Sungai Sariak, yang oleh Tuanku Mudo Suhaili disebut "Inyiak Tuanku Shaliah", adalah jantung tradisinya tuanku.
Terasa di usik, setidaknya ratusan para tuanku berselancar di grup WA yang diasuh Tuanku Mudo Duski Samad, mempertanyakan, mengklarifikasi soal demikian.