Mohon tunggu...
Humaniora

Galaubalisasi atau globalisasi?

5 November 2015   22:14 Diperbarui: 6 November 2015   08:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Seperti yang semua orang tau, globalisasi adalah masuknya atau meluasnya pengaruh dari suatu negara ke negara lain atau proses masuknya negara kedalam pergaulan dunia (grahailmu.co.id).  Masuknya pengaruh dan kegiatan saling mempengaruhi tentunya terjadi di Indonesia Raya ini, dari alih teknologi yang begitu cepat, menambahnya keaneragaman budaya kita (karna sudah bercampur dengan budaya barat), sampai dengan barang-barang yang kita pakai sehari-hari.

Bayangkan  saja dari mulai bangun tidur kita cuci muka pakai ponds, gosok gigi pakai pepsodent, ngeteh Sariwangi yang semua itu milik Unilever(Inggris), minum aqua (Danone dari Prancis), yang ngerokok Sampoerna (97% sahamnya milik Philips Morris, Amerika Serikat), yang balita minum SGM (milik Sari Husada yang 82% sahamnya dikuasai Numico, Belanda), berangkat ngantor apa ke sekolah naik motor atau mobil yang biasanya dijual sama Jepang. Lalu ibu-ibu kita yang sekarang lebih suka berbelanja ke Giant atau Hypermart (milik Malaysia) dari pada ke pasar tradisional. Atau mahasiswa/mahasiswi yang jajan sukanya di Circle K (milik Amerika). Pengaruh seperti itukah yang sebenarnya kita harapkan? Memang tidak bisa kita pungkiri memang penggunaan barang-barang yang kita butuhkan diproduksi bukan dari orang-orang kita sendiri. Dan hal seperti itu akan tetap lestari jika kita sebagai anak muda bangsa ini tidak memulai untuk sedikit perubahan. Yang jika beruntung akan membuat Indonesia Raya ini lebih baik dan tentunya berdikari, seperti jargon Jokowi.

Namun, saya juga sangat bangga ketika tahu bahwa sudah banyak pengusaha muda Indonesia yang sukses. Dari yang kecil-kecilan memasang manik-manik jilbab yang omzetnya mencapai ratusan juta perbulan, dialah Hafiza Elfira yang masih berusia 22 tahun sudah mampu memanajemen ibu-ibu penderita kusta bersama Nalacity Foundation. Dibidang fashion ada Yasa Paramita Singgih yang berhasil mengembangkan Men’s Republic hingga menjadi narasumber di Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Nicholas Kurniawan di usia 20 tahun sudah berhasil menjadi exportir ikan hias termuda di Indonesia. Ada juga Victor Giovan Raihan yang punya Teh Kempot dan Bakso Mercon saat masih di bangku SMA. Handy Setiono pemilik Kebab Baba Rafi. Elang Gumilang yang berkecimpung di dunia properti. Keripik Pedas Maicih yang digagas juga oleh pemuda bernama Reza Nurhilman, dan masih banyak lagi, mengingat anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 25.000 orang, memang masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta penduduk. Tapi setidaknya dari yang sedikit itu kita bisa tersenyum bangga dan termotivasi untuk menjadi lebih dari itu.

Karna dengan mendukung mereka, dengan membeli dan menggunakan produk-produknya, setidaknya kita bisa mengimbangi produk luar dengan produk yang diproduksi oleh anak-anak kita sendiri. Dengan itu sudah tepat jika kita artikan globalisasi dengan dipengaruhi dan mempengaruhi.  Saya juga suka dengan Jusuf Kalla (2005) yang mengatakan bahwa globalisasi adalah kemauan bekerja keras, kemauan dan kemampuan mengolah sumber daya alam, serta kemampuan dan kompetensi yang dihasilkan oleh pendidikan dan belajar secara tekun dan ulet. Semoga kita bisa merealisasikan arti globalisasi yang sesungguhnya, bukan galaubalisasi. Marilahbersama-sama membangun negri ini, jayalah Indonesia!

Sumber gambar


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun