Mohon tunggu...
MOHAMMAD TSAQQOFUNNAY
MOHAMMAD TSAQQOFUNNAY Mohon Tunggu... DESAINER

DESAINER

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Masalah Anak Perempuan dalam Keluarga Broken Home

19 April 2023   16:15 Diperbarui: 19 April 2023   16:27 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga adalah salah satu lingkungan yang paling penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai tempat pertama di mana seseorang belajar untuk berinteraksi dengan dunia luar, keluarga berperan penting dalam membentuk kesehatan mental seseorang. 

Namun, tidak semua keluarga dapat memberikan lingkungan yang sehat dan stabil bagi anak-anak mereka. Salah satu contohnya adalah keluarga broken home, di mana anak-anak seringkali mengalami kesulitan dalam menjaga kesehatan mental mereka.Anak perempuan yang hidup di keluarga broken home sering mengalami berbagai masalah emosional dan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan perilaku merugikan diri sendiri atau self-harm. Self-harm adalah tindakan mengakibatkan cedera atau kerusakan pada tubuh sendiri dengan tujuan mengurangi perasaan sakit atau perasaan emosional yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Self-harm dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti memotong, membakar, memukul atau melukai diri sendiri dengan benda tajam. Meskipun tindakan self-harm ini dapat memberikan rasa lega atau mengurangi tekanan emosional secara sementara, namun perilaku ini dapat sangat berbahaya dan mengancam kesehatan dan keselamatan seseorang.

Anak perempuan yang hidup di keluarga broken home seringkali mengalami tekanan emosional yang berat. Mereka sering merasa cemas dan khawatir tentang masa depan mereka, serta keselamatan mereka dan keluarga mereka. Mereka juga sering mengalami kesepian dan merasa tidak dihargai atau diabaikan oleh orang dewasa dalam keluarga. Hal ini dapat memicu perasaan sedih, marah, dan putus asa yang sulit untuk diatasi oleh anak-anak.

Anak perempuan yang hidup di keluarga broken home juga dapat mengalami tekanan dari lingkungan sosial mereka. Mereka mungkin mengalami pelecehan atau intimidasi di sekolah atau lingkungan sekitar mereka, yang dapat memperburuk kondisi mental mereka. Akibatnya, anak perempuan sering merasa bahwa self-harm adalah satu-satunya cara untuk meredakan tekanan emosional mereka.

Selain itu, anak perempuan yang hidup di keluarga broken home sering mengalami perasaan kehilangan dan trauma. Mereka mungkin merasa kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, atau merasa kehilangan identitas dan tempat yang aman untuk dijadikan tempat tinggal. Hal ini dapat memicu perasaan kehilangan dan rasa sakit yang dalam, yang sulit untuk diatasi tanpa dukungan yang tepat.Untuk mengatasi kondisi mental yang buruk ini, anak perempuan seringkali merasa tidak nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka dengan orang lain. 

Mereka merasa malu atau takut bahwa orang lain akan menganggap mereka lemah atau tidak berguna. Oleh karena itu, mereka memilih untuk menyimpan perasaan mereka dan melampiaskan kekesalan merekamelalui self-harm.

Namun, self-harm bukanlah solusi yang baik untuk masalah mental anak perempuan yang hidup di keluarga broken home. Tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan fisik yang permanen, serta mengancam keselamatan dan kesehatan mereka. Oleh karena itu, penting bagi keluarga dan orang-orang di sekitar anak perempuan untuk memberikan dukungan dan bantuan yang tepat untuk mencegah tindakan self-harm.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk membantu anak perempuan yang mengalami masalah mental akibat hidup di keluarga broken home. Pertama-tama, keluarga harus memastikan bahwa anak perempuan merasa didengar dan dihargai. Anak perempuan harus diberikan kesempatan untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dicemooh atau diabaikan. Selain itu, keluarga harus memberikan dukungan emosional yang tepat, seperti memberikan dukungan moral dan mendengarkan dengan empati.

Kedua, keluarga harus membantu anak perempuan menemukan cara alternatif untuk mengatasi tekanan emosional mereka. Mereka dapat membantu anak perempuan menemukan kegiatan atau hobi yang dapat membantu meredakan stres, seperti olahraga, seni, atau musik. Hal ini dapat membantu anak perempuan mengalihkan perhatian mereka dari masalah dan meredakan tekanan emosional secara positif.

Ketiga, keluarga harus mengajak anak perempuan untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan. Anak perempuan yang mengalami masalah mental akibat hidup di keluarga broken home mungkin memerlukan dukungan dari psikolog atau konselor yang berpengalaman. Keluarga dapat membantu anak perempuan mencari dan mengatur janji dengan profesional ini, serta memberikan dukungan selama proses terapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun