Mohon tunggu...
Triznie Kurniawan
Triznie Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SDN Labuhan 1

Just be a humble person

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kacamata Minus

8 Juli 2019   08:51 Diperbarui: 8 Juli 2019   08:59 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kacamata Minusku/dokpri

Pagi ini Pram terbangun dari tidurnya dengan cara yang tidak biasa, dia terkejut karena ada suara tabrakan di depan rumahnya yang lurus dengan jendela kamarnya. Tanpa banyak kata, Pram langsung terbangun dan melongok keluar jendela dan "Krakkk...." terdengar suara patah tepat di bawah kakinya berpijak. 

Sungguh suatu kejadian mengejutkan baginya pagi ini. Kacamata minus miliknya remuk patah jadi dua. Dengan ternganga dan wajah bingung, Pram memungut patahan kacamata minusnya dan berkata " Innalillahi wainnailaihi raajiiun".

Kejadian sederhana, tetapi sangat bermakna. Lebih-lebih bagi kami para pengguna kacamata minus. Bagi sebagian orang yang mempunyai penglihatan normal, mungkin bukan suatu yang penting dan luar biasa ketika kita tidak memakai kacamata minus. 

Tetapi, buat kami para pemakai kacamata minus ini merupakan suatu bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Bagaimana tidak? Ketika orang lain dapat dengan bebasnya memandang dan mengagumi ciptaan Allah SWT, kami masih harus dibantu dengan kacamata yang selalu melekat ini yang dengan berbagai keribetannya. Alhamdulillah, itulah mengapa tulisan metafora kali ini saya tertarik memakai filosofi "kacamata minus".

Tidak ada satu bendapun di dunia ini yang diciptakan tanpa manfaat atau fungsi. Seperti halnya benda kecil yang sering terabaikan ini, kacamata yang sangat berjasa sejak saya masih sekolah menengah pertama. 

Sering sekali benda kecil ini terabaikan keberadaannya walaupun fungsinya sungguh luar biasa. Begitulah manusia, terkadang sering memandang sesuatu yang jauh di depan mata dan berandai-andai dengan angannya serta melupakan benda yang telah bisa membuatnya menikmati seluruh alam secara detail dan nyata di sekitarnya. 

Bagi orang yang sudah puluhan tahun memakai kacamata minus, seolah dia lupa bahwa yang setiap saat bertengger diatas hidungnya adalah benda luar biasa yang kaya manfaat. Walaupun demikian, kami yakin para pembaca di sini paham kemana arah tulisan ini akan bermuara.

Menurut fungsinya, kacamata minus ini adalah suatu kacamata yang dibuat khusus bagi para penderita rabun jauh. Dimana para penderita tidak bisa melihat sesuatu yang letaknya terlalu jauh dengan baik dan jelas alias kabur. 

Nah, dengan hadir dan terciptanya sebuah kacamata minus ini.  Merupakan hal yang sangat wajib kami syukuri. Mengapa sepertinya begitu urgen alias penting sekali? Ya tentu saja karena dengannya kami dapat melihat dunia dengan benar dan jelas tidak lagi kabur bahkan seperti buta.

Korelasi dari uraian di atas dengan kehidupan adalah bahwa sejatinya kita dapat hidup seperti sebuah kacamata minus, yang dengan tulus ikhlas selalu membantu menampilkan sebuah kebenaran dan kejelasan yang nyata tanpa rekayasa. Mengapa demikian? Bukankah dengannya kita menjadi tahu kebenaran sesungguhnya? Dengannya kita tahu betapa bersih atau kotornya lingkungan kita.

Selain dapat melihat dengan jelas, kacamata minus selalu diletakkan penggunanya ketika sedang istirahat atau tidur, pun juga ketika mandi atau berwudhu. Dia dengan santai menunggu untuk dipakai kembali dan tidak sedikit orang yang merasa kehilangan dia ketika ada hal yang ingin mereka lihat dengan jelas, mereka mencari keberadaannya dengan mengingat-ingat dimana mereka terakhir kali meletakkannya. 

Bahkan ketika bangun tidurpun benda pertama yang kami cari adalah kacamata minus kami, tanpa kehadirannya seolah dunia begitu palsu dan buram dalam sebuah paradigma kehidupan.

Dari sebuah benda kecil ini, kita dapat selalu belajar ikhlas tanpa pamrih dalam menunjukkan sebuah kebenaran dalam hiruk pikuk kehidupan yang kian mencekam. Selalu bersikap sederhana, selalu berkata benar walau dalam sebuah tekanan kehidupan.

#Salam hangat dari pesisir selatan

Minggu, 30 Juni 2019

"Sejatinya hidup ini adalah pilihan, menjadi penyeru kebenaran atau hanya menjadi penonton ketidakbenaran yang terpampang jelas di depan mata" #kacamata Minusku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun