Wisata ke tempat bersejarah adalah mengunjungi peristiwa masa lalu yang memiliki keunikan pada zamannya untuk menemukan beberapa hal yang bermakna dalam hidupmu yaitu:
- Sikap etis memahami kekayaan proses sejarah tanpa harus menghakimi dengan benar atau salah tetapi sebuah penghayatan memahami dan menghargai sebuah keputusan konteks zaman.
- Datanglah dengan panca indra  amati  kapan dibangun, siapa yang membangun, gaya arsitek, fungsinya, gambar, bahan dan ciri khas yang melatar belakangi, makna namanya. Dari sebuah sumber menurut R. Supriyanto, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain dan Seni UNIKOM yang membuat tesis berupa film dukomenter tentang Gua Sunyaragi, dilihat dari gaya atau corak dan motif-motif ragam rias yang muncul serta pola-pola bangunan yang beraneka ragam dapat disimpulkan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gaya Eropa. Betapa menariknya sebuah perpaduan gaya yang masing-masing memiliki makna sesuai dengan kekhasan budayanya.
- Datanglah dengan sikap rasa ingin tahu dengan menyadari latar belakang sosial, budaya, agama, ekonomi masa lalu. Seorang yang memiliki rasa ingin tahu akan diperhadapkan dengan pertanyaan apa, siapa,dimana, Â mengapa dan bagaimana.
- Refleksi wisata untuk mendengar bisikan  nuansa  kearifan masa lalu.  Gua Sunyaragi sesuai dengan namanya berasal dari bahasa sansekerta dari kata "sunya" yang artinya sepi, dan kata "ragi" yang artinya raga. Secara visual, bangunan-bangunan di kompleks gua Sunyaragi lebih banyak memunculkan kesan sakral. Kesan sakral dapat terlihat dengan adanya tempat bertapa seperti pada gua Padang Ati dan gua Kelangenan, tempat sholat dan pawudon atau tempat untuk mengambil air wudhu, lorong yang menuju ke Arab dan Cina yang terletak di dalam kompleks gua Arga Jumut; dan lorong yang menuju ke Gunung Jati pada kompleks gua Peteng. Di depan pintu masuk gua Peteng terdapat patung Perawan Sunti.
- Sikap terpuji yang perlu kita perlihatkan jika wisata ke tempat sejarah adalah jangan mencorat coret, jangan terlalu bebas berfoto "selfi ria" dengan berbagai gaya yang tidak sesuai dengan konteks dan makna atau bersama sama dengan menunjukan kegembiraan, kebanggaan dengan posisi menginjak, menaiki yang memiliki potensi merusakan situs atu bangunan yang sudah tua.Dengan demikian telah turut melestarikan kualits bangunan tersebut.
- Wisata untuk mendengar teriakan keprihatinan  masa kini. Gua Sunyaragi  bagian kekayaan warisan bagi bangsa Indonesia. Ada beberapa kearifan yang dapat kita tangkap yaitu:

66503c23-ad26-45f8-bb97-6cb41aa74acf-5e011d66d541df041352cfb2.jpg
- Hari ini setiap segi kehidupan kiat penuh dengan  teriakan, kekerasan, kebencian yang menggambarkan keangkuhan dan kesombongan manusia
- Sikap prihatin semakin banyak orang yang banyak bicara, keras berbicara sebagai luapan emosi yang disertai kebencian. Carilah tempat sunyi untuk belajar mengedalikan mulut dari perkataan kotor dan kurang bermakna. Ironis banyak bicara sedikit bekerja.
- Betapa pentingnya setiap orang ditengah kesibukan dan rutinitas yang berat untuk merencanakan menyediakan waktu  berdiam diri di tempat yang sepi tanpa diganggu orang lain, HP dan kesibukan lainnya. Tujuannya supaya dapat menyadarkan diri, mendengarkan detak jantung, betapa kecilnya "si aku"ini, menguji kejujuran.
- Di "gua" tempat kesunyian menguji diri hidup tanpa orang lain disini hanya ada " aku dan Engkau" dalam kejujuran untuk mengaku dosa dan mengambil komitmen untuk diperbaharui. Konteks zaman ini tempat sunyi itu memiliki makna yang  kreatif dikamar, tempat retret dalam arti bukan gua yang sebenarnya tanpa lampu dan dihutanatau gua.
- Belajar mengendalikan panca indra adalah wujud pertumbuhan iman dan kedewasaan hidup bijaksana.
Selamat berlibur dan temukan makna dalam hidupmu.
Tangsel 23 Desember 2019.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!