"Ketika Dunia Tak Menentu, Siapa Pegangan Hidupmu?": Refleksi Paskah.
Apa yang seharusnya menjadi pegangan utama orang percaya di tengah ketidakpastian dunia dan badai kekuatiran hidup?
Dalam beberapa hari terakhir, saya banyak bertemu dengan tetangga yang sedang belanja sayur keliling di kompeks perumahan dan orang-orang yang bercerita tentang keresahan hidup: harga kebutuhan pokok yang melambung, dolar yang terus melejit, kabar PHK massal dari perusahaan besar, bahkan anak-anak yang harus segera kuliah di tengah keterbatasan biaya. Belum lagi berita-berita dari media sosial yang tak pernah habis tentang krisis dunia, ketegangan politik, hingga penyakit yang tak kunjung usai. Saya pun mulai terpengaruh, cemas, dan merasa lelah.
Gambar Hidupku dalam tanganMu Tuhan
Namun dalam kekalutan itu, saya pamit pulang dan terdiam memandang sebuah gambar yang saya buat beberapa tahun lalu: sepasang tangan terbuka memegang kehidupan seseorang, dengan tulisan, "Hidupku dalam tangan-Mu, Tuhan." Gambar itu menghidupi iman saya selalu mengingatkan saya bahwa hidup ini bukan milik saya sendiri. Saya hanya menumpang lewat di dunia ini, dan Tuhan adalah Sang Pemilik dan Pemelihara sejati. Gambar selipan buku  itu sengaja saya buat untuk  mengingat peristiwa setelah saya sembuh dari  Covid dan sembuh dari sakit stroke bulan april 7 tahun lalu. Kalau Tuhan yang memelihara sejak janin, saya yakin Dia yang memulai akan melanjutkan pemeliharaanNya yang sempurna untuk saya dan anak-anak saya, harapan yang sama juga untuk  anak-anak didik saya di  sekolah.
Saya teringat pada Matius 10:30, "Dan kamu, rambut di kepalamu pun terhitung semuanya." Ayat ini meneguhkan bahwa Tuhan tidak hanya memperhatikan hal besar dalam hidup kita, tapi juga setiap detail terkecil, bahkan sehelai rambut. Maka, apakah pantas saya terus-menerus membiarkan kekuatiran menguasai hati saya?
Di saat mendengar cerita-cerita negatif mudah sekali bagi kita menyalahkan pihak lain seperti: pejabat, pemerintah, bahkan sistem ekonomi. Tapi sesungguhnya, daripada menyalahkan pejabat atau peraturan, bukankah lebih baik kita mendoakan mereka dan mulai menjadi teladan hidup yang bijaksana, sederhana, dan bersahaja? Dunia ini tidak akan membaik hanya dengan keluhan. Tapi satu tindakan iman dan kasih dari satu orang percaya bisa menjadi terang di tengah kegelapan.
Kekuatiran Yang berlebihan adalah wujud dari Dosa yang meragukan Tuhan
Kekuatiran sering kali bukan hanya reaksi alami, tetapi sesungguhnya suatu bentuk ketidakpercayaan akan kuasa Tuhan. Saat kita terhanyut dalam kekhawatiran berlebihan, kita sedang berkata, "Tuhan, aku tidak yakin Engkau cukup." Padahal bukankah Allah sudah membuktikan kasih dan kuasa-Nya melalui salib Kristus?
Perenungan sehari menjelang Paskah.
Banyak hal yang memenuhi pikiran dan  hati kita yang bisa mengombang ambingkan. Tetapi bukankah seharusnya arah hidup kita harus tertuju pada kemenangan Yesus atas maut. Jika maut saja telah dikalahkan, bagaimana mungkin kita masih meragukan penyertaan-Nya atas hidup sehari-hari kita? Lagu "Allah kuasa melakukan segala perkara" bukan hanya nyanyian penghibur hati, melainkan deklarasi iman yang harus kita hidupi.