Mohon tunggu...
Tri Wibowo Cahyadien
Tri Wibowo Cahyadien Mohon Tunggu... Guru - Guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Minat dalam bidang sosial, sejarah, politik, psikologi, pendidikan, pemerintahan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengukur Capaian Pelatihan Motivasi di Sekolah

19 Februari 2020   07:01 Diperbarui: 19 Februari 2020   07:04 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : square.com

Momen jelang Ujian Nasional (UN) seperti saat ini merupakan momen rutin yang dapat diidentikkan dengan meningkatnya intensitas pembelajaran baik di sekolah maupun di lembaga bimbingan belajar. Makin dekatnya jadwal ujian, berdampak pada perubahan dan penyesuaian pada agenda sekolah, terutama di semester kedua. 

Hal ini dapat dilihat pada jenjang sekolah menengah pertama atau sederajat di kelas IX. Sedangkan untuk tingkat sekolah menengah atas atau sederajat di kelas XII.  Perubahan itu nampak pada peningkatan intensitas pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.

Pengembangan lain dari pembelajaran rutin ini dapat dilihat dari adanya kegiatan try out baik yang diadakan secara mandiri maupun yang bersifat kedinasan. Hal ini dilakukan sebagai persiapan dan evaluasi sekolah terhadap program pembelajaran yang sedang dilaksanakan. 

Diharapkan dengan adanya try out dapat mengukur kemampuan peserta didik di sekolahnya. Namun, di sisi lain, kondisi ini dapat berdampak pada kejenuhan belajar peserta didik.

Sekolah menyadari, optimalisasi capaian pembelajaran menjadi hal yang utama. Karena akan berdampak pula pada peringkat atau nama baik sekolah itu sendiri. Dalam perkembangannya, sekolah menyadari ada aspek psikologis atau motivasi dalam diri tiap peserta didik yang juga memiliki peranan penting dalam menunjang hasil pembelajaran. 

Agar aspek kognisi dan psikologis ini bersinergi, beberapa sekolah mengadakan training motivasi. Lalu sejauh manakah keberhasilan training motivasi ini pada peserta didik?   

Perkembangan bidang profesi motivator beriringan dengan makin kompleksitasnya tuntutan dalam pembelajaran/ dunia kerja pada umumnya. Motivator -- motivator banyak muncul dalam komunitas atau yang bersifat kelembagaan. 

Dalam prakteknya, kegiatan motivasi yang dilaksanakan di sekolah bersifat one day training. Dalam rentang waktu yang ditentukan, berbicara lalu selesai. Seolah -- olah motivator telah memberikan perubahan berarti pada peserta motivasi.

Secara umum, ketika berbicara sekolah maka yang menjadi tolok ukur adalah lulusannya. Dan produk lulusan ini adalah pribadi -- pribadi unik dengan segala potensinya. Motivator yang hanya tampil dalam waktu tertentu, dengan durasi relatif singkat tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan potensi para pribadi ini. Dalam arti lain, peserta didik yang mengikuti motivasi di sekolahnya cenderung akan kembali kepada pola lama yang selama ini dianutnya.

Di sisi lain, konten materi yang disampaikan oleh seorang motivator cenderung berulang, relatif sama dengan sedikit modifikasi. Penggalan atau cuplikan konten youtube yang relatif sama seringkali masih menjadi senjata pamungkas untuk dijadikan bahan materi motivasi. 

Tak jarang, dalam kondisi pelatihan sering terdengar celoteh peserta didik seperti; "ah sudah pernah, gue tau nih yang ini, ntar kan endingnya begini." Akhirnya program training motivasi hanya menjadi program rutin yang target capaiannya jauh dari kata tercapai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun