Pendidikan adalah tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Generasi muda lah yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan peranan tersebut, pendidikan di Indonesia terus mengalami perbaikan kualitas baik dari segi kurikulum, assesmen, dan lain sebagainya.Â
Menurut Abidin, Y (2018), Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga kerja untuk industry, melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi. Guna dapat mencapai fungsi tersebut, pendidikan saat ini haruslah menekankan pada upaya pembentukan kompetensi kepada para siswa, serta harus diikuti dengan perubahan radikal atas budaya mengajar saat ini.
Salah satu kompetensi yang penting dimiliki oleh siswa adalah kompetensi literasi matematis. Namun sayangnya, Berdasarkan hasil studi PISA yang telah dirilis pada hari Selasa 3 Desember 2019, peringkat PISA Indonesia Tahun 2018 Turun apabila dibandingkan dengan Hasil PISA tahun 2015. Studi pada tahun 2018 ini menilai 600.000 anak berusia 15 tahun dari 79 negara setiap tiga tahun sekali. Studi ini membandingkan kemampuan matematika, membaca, dan kinerja sains dari tiap anak (Tohir, M. 2019).
Capaian PISA 2018 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi 10 terbawah dari 79 negara yang berpartisipasi. Kemampuan rata-rata membaca siswa Indonesia adalah 80 poin di bawah rata-rata OECD. Kemampuan siswa Indonesia juga masih berada di bawah capaian siswa di negara-negara ASEAN. Kemampuan rata-rata membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia secara berturut-turut adalah 42 poin, 52 poin, dan 37 poin di bawah rerata siswa ASEAN (Nur'aini, DKK. 2018).
Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan matematika, membaca dan sains siswa di Indonesia masih tergolong kurang. Menurut Narciss dan Hutt dalam Nur'aini, dkk. (2018), Praktik mengajar guru juga memengaruhi kompetensi literasi siswa. Praktik pengajaran guru seperti dukungan yang diberikan oleh guru, umpan balik yang positif, diketahui berpengaruh pada motivasi siswa untuk membaca. Guru yang mengajar dengan gaya yang menyenangkan, akan menarik minat siswa dalam berliterasi, khususnya dalam literasi matematis.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah problem based learning (PBL). Menurut Hidayat, R (2019), dalam model PBL siswa dibimbing mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis sehingga memberikan dampak terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Adapun langkah-langkah yang dimaksud, yaitu :
- Kegiatan memahami masalah
- Kegiatan merencanakan atau merancang strategi pemecahan masalah
- Kegiatan melaksanakan perhitungan
- Kegiatan memeriksa kembali kebenaran hasil atau solusinya
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti, A. D. K. P. (2020), menunjukkan bahwa penerapan PBL memberikan dampak positif yang besar terhadap kemampuan literasi matematika siswa dibandingkan dengan penerapan pendekatan konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y., Mulyati, T., Yunansah, H. (2018). Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta : Bumi Aksara.
Astuti, A. D. K. P. (2020). Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Literasi Matematis Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 1 Bobotsari. AlphaMath: Journal of Mathematics Education, 4(2), 37-46.
Hidayat, R., Roza, Y., & Murni, A. (2019). Peran penerapan model problem based learning (pbl) terhadap kemampuan literasi matematis dan kemandirian belajar. Juring (Journal for Research in Mathematics Learning), 1(3), 213-218.
