Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Marwah Kemerdekaan

16 Agustus 2025   18:11 Diperbarui: 16 Agustus 2025   18:11 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga marwah kemerdekaan (Sumber : Dokumen penulis. Gambar diolah dengan kecerdasan buatan)

Merdeka...

Kata ini menjadi kata “ajaib" yang diimpikan oleh mereka yang terjajah. Untuk mewujudkan impian itu, maka perjuangan yang mempertaruhkan harta, darah, dan nyawa pun kemudian dikobarkan. Perjuangan yang bukan sekedar melepaskan dari belenggu penghambaan dan penjajahan saja, namun juga menegakkan martabat yang diinjak-injak dan dinistakan.

Kini, 80 tahun sudah negara kita merdeka. Namun, setelah kemerdekaan berada dalam genggaman, kita dihadapkan pada sebuah tantangan yang amat sangat berat. Tantangan terberat ternyata bukanlah merebut kemerdekaan, melainkan menjaga marwah atau kehormatan dari kemerdekaan itu sendiri.

Kemerdekaan adalah hak dasar yang melekat pada setiap manusia. Makna terdalam dari kemerdekaan adalah kebebasan yang seutuhnya. Kebebasan untuk melepaskan diri dari segala bentuk penindasan, penjajahan, dan belenggu yang menistakan harkat serta martabat manusia. Belenggu tersebut tidak hanya berbentuk rantai fisik atau merunduk karena takut todongan moncong senjata, melainkan bisa berupa kemiskinan yang merenggut harapan, kebodohan yang mematikan nalar, atau ketidakadilan yang merusak tatanan kehidupan bersama. Kemerdekaan sejati adalah ketika setiap individu dapat hidup dengan kepala tegak dan penuh harapan untuk masa depan, memilih jalannya sendiri tanpa rasa takut, serta mampu mengembangkan potensi diri tanpa merasa terhalang oleh sistem yang tidak adil. Martabat kemanusiaan itulah yang menjadi tujuan akhir dari perjuangan kemerdekaan.

Menjaga marwah kemerdekaan adalah sebuah kontrak moral kolektif kita sebagai sebuah bangsa. Marwah kebangsaan adalah tolok ukur sejati atas seberapa luhur kita menghargai kebebasan yang telah diperjuangkan. Marwah ini merupakan integritas bangsa, cerminan dari etika dan moral yang menentukan apakah kita benar-benar pantas disebut sebagai bangsa yang merdeka. Menjaga marwah kemerdekaan berarti memastikan bahwa setiap individu, apapun peran, tingkatan, dan latar belakang yang melekat dalam dirinya, hidup dengan kesadaran bahwa martabat bangsa adalah tanggung jawab bersama. Marwah ini akan tercoreng setiap kali kita membiarkan ketidakadilan, korupsi, atau keserakahan menjadi sebuah norma yang membudaya dalam tatanan kehidupan bersama.

Di era modern ini, kita dihadapkan pada bentuk-bentuk penjajahan baru dan penistaan martabat manusia yang justru hadir secara nyata dan tampak vulgar dalam kehidupan keseharian kita. Penjajahan itu tidak lagi datang dengan ekspansi militer dan todongan senjata, melainkan dengan mentalitas yang menggerogoti marwah bangsa. Lihatlah bagaimana ruang publik, yang seharusnya menjadi hak semua orang, dirampas habis untuk kepentingan ekonomi segelintir pribadi, meminggirkan kebutuhan banyak orang. Saksikan pula bagaimana di jalan raya, segelintir orang dengan ego yang besar berani melawan arah, menunjukkan dominasi atas nama kepentingan pribadi tanpa memedulikan keselamatan orang lain. Fenomena ini menjadi sebuah gambaran kecil dari runtuhnya rasa saling menghormati antarsesama manusia. Terlebih lagi, fenomena korupsi di berbagai lapisan masyarakat, yang pada hakikatnya merampas dan memeras keuangan negara dan kekayaan bangsa demi menggelembungkan pundi kekayaan pribadi. Hal ini adalah salah satu bentuk pengkhianatan terkeji terhadap janji kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini.

Fenomena yang tak kalah mirisnya juga terjadi di dunia pendidikan di negara kita yang sudah merdeka selama 80 tahun ini. Ada beberapa saudara kita yang untuk sekolah saja mereka harus menyeberangi sungai yang cukup lebar dan berarus deras. Mereka meniti jembatan rapuh yang setiap saat bisa saja mencelakakan mereka. Ada juga di belahan wilayah lain yang perjalanan ke sekolah harus ditempuh dengan menembus hutan selama berjam-jam. Saya kadang tidak habis pikir, di zaman merdeka yang sudah 80 tahun ini, masih ada anak bangsa yang untuk sekolah saja mereka harus bertaruh nyawa! Salutnya, mereka tidak pernah patah arang. Asa mereka untuk memperkaya diri dengan ilmu tak pernah surut walaupun nyawa menjadi taruhan mereka !!! Yaa...bertaruh nyawa di zaman merdeka demi bertumbuhnya pengetahuan demi mengisi kemerdekaan ini. Sungguh ironi !!!

Maka, menjadi pertanyaan besar bagi kita: apakah ini yang diperjuangkan para pahlawan? Apakah mereka mengorbankan nyawa demi bangsa yang kini terjajah dan digerogoti oleh sikap egois dan ketidakpeduliannya sendiri? Meraih kemerdekaan adalah sebuah perjuangan yang heroik, tetapi mempertahankan marwahnya adalah perjuangan mulia yang tak akan pernah usai. Perjuangan untuk mempertahankan marwah kemerdekaan menuntut kita untuk selalu waspada, melawan setiap godaan yang merendahkan martabat bangsa, dan menuntut tanggung jawab dari setiap individu untuk menjaga kehormatan sebagai bangsa yang merdeka.

Tulisan ini saya tutup dengan ungkapan bijak dari Moh. Hatta.

"Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanyalah syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemuliaan rakyat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun