Ditulis oleh: Trie Agusthin Ferdina dan Dr. Syamsul Yakin, M.A (Mahasiswa Prodi Jurnalistik dan Dosen Pengampu Akhlak Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Akhlak merupakan salah satu pilar utama dalam ajaran Islam yang menempati kedudukan sangat penting setelah iman dan ibadah. Seorang muslim yang baik bukan hanya dituntut untuk melaksanakan ibadah ritual, tetapi juga diwajibkan untuk menampilkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu akhlak mulia tersebut adalah sikap dermawan, yaitu kerelaan hati untuk memberikan sebagian harta atau kemampuan kepada orang lain yang membutuhkan tanpa mengharapkan balasan selain ridha Allah.Sifat dermawan merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan manusia. Dalam konteks sosial, kedermawanan mampu mempererat hubungan antarindividu, menumbuhkan rasa kepedulian, dan menciptakan harmoni dalam masyarakat. Dalam ajaran Islam, sifat dermawan mendapat perhatian besar karena menjadi wujud nyata dari rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah. Dengan berbagi kepada sesama, seseorang tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membersihkan hatinya dari sifat kikir dan cinta dunia. Oleh karena itu, pembahasan mengenai dermawan menjadi penting untuk dikaji, baik dari segi bahasa, ajaran agama, pandangan ulama, maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah pokok. Pertama, apa pengertian dermawan secara bahasa dan istilah. Kedua, bagaimana perspektif Al-Qur'an dan Hadist tentang dermawan. Ketiga, bagaimana pandangan ulama mengenai sikap dermawan. Keempat, bagaimana penerapan sifat dermawan di dalam lingkungan keluarga, kampus, dan masyarakat.
Menurut kamus besar bahasa indonesia dermawan adalah memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan orang lain tanpa keterpaksaan. Kedermawanan adalah bagian dari akhlak mulia yang dapat dimiliki oleh dua hal, yang pertama dapat diperoleh dengan sifat posesif naluriah. Kedua, dapat dicapai melalui latihan, kebiasaan dan pengalaman. Upaya untuk menumbuhkan sikap dermawan bisa diajarkan sejak dini dengan berbagai macam metode seperti keteladanan, atau contoh perbuatan dengan nasihat, pembiasaan, perilaku, perkataan dan lain-lain. Kegiatan tersebut bisa menumbuhkan sikap empati pada diri seorang, dan melatih mereka untuk peduli terhadap lingkungan sosial terutama pada orang yang membutuhkan. Orang yang memiliki sikap dermawan adalah orang yang ikhlas dalam bersedekah, tanpa ada niat untuk mendapat imbalan dan dilakukan hanya untuk mendapat pahala dan ridho dari Allah Swt. Islam memerintahkan kepada umatnya untuk saling membantu terhadap sesama dan Rasulullah Saw merupakan teladan bagi umat muslim untuk mencintai perilaku bersedekah kepada siapa saja.Islam menganjurkan kepada umatnya untuk bersikap dermawan, dengan tujuan untuk membersihkan jiwa seseorang, memiliki sikap sosial yang tinggi, serta menghargai saudara yang kurang mampu, selain itu juga untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah Swt.
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk saling membantu terhadap sesama dan Rasulullah Saw merupakan teladan bagi umat muslim untuk mencintai perilaku bersedekah kepada siapa saja Allah SWT berfirman :
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ﴿٩
Yang artinya: Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (Mereka berkata,) "Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu."
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk bersikap dermawan, dengan tujuan untuk membersihkan jiwa seseorang, memiliki sikap sosial yang tinggi, serta menghargai saudara yang kurang mampu, selain itu juga untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah Swt.
Dalam Perspektif Hadis terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi:
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ، وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنَ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنَ النَّارِ، وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَابِدٍ بَخِيلٍ