Mohon tunggu...
TRIBUN BINADOW
TRIBUN BINADOW Mohon Tunggu... Pendidikan, Olahraga, Politik, Sosial Budaya, Adat dan Agama.

Media independen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bunda, Jangan Larang Anak Perempuanmu Latihan Beladiri

12 Oktober 2025   18:22 Diperbarui: 12 Oktober 2025   18:22 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ke enam anak perempuan yang merupakan praktisi beladiri kempo (sumber : herman dunggio)

Bunda, jangan larang anak perempuanmu berlatih beladiri. Memang benar, dunia beladiri tidak menjanjikan gelar terhormat atau pangkat tinggi. Ia tidak selalu menjanjikan penghargaan, popularitas, atau kekayaan. Namun, beladiri adalah salah satu jalan untuk menempa diri menjadi manusia yang kuat --- lahir dan batin.

Dalam setiap gerak, setiap keringat yang jatuh di lantai dojo, ada pelajaran hidup yang tidak bisa diajarkan oleh buku mana pun. Anak perempuanmu belajar arti kesungguhan, kesabaran, dan kedisiplinan. Ia belajar bahwa tidak semua yang diinginkan dapat diraih dengan mudah, karena setiap keberhasilan harus diperjuangkan dengan kerja keras dan ketekunan.

Bunda, di zaman sekarang, tantangan kehidupan semakin berat. Banyak perempuan muda yang kehilangan arah, terjebak dalam gemerlap dunia yang fana, lupa pada jati diri dan kehormatan. Beladiri bukan hanya soal bagaimana menendang atau memukul, tetapi bagaimana mengendalikan diri dari amarah dan nafsu, serta menjaga kehormatan sebagai seorang perempuan yang beriman.

Rasulullah bersabda: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun pada keduanya ada kebaikan."
(HR. Muslim)

Kekuatan yang dimaksud bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Melalui beladiri, anak perempuanmu belajar untuk menjadi mukminah yang kuat --- yang tahu kapan harus menahan diri, kapan harus bersabar, dan kapan harus tegas menghadapi kehidupan.

Setiap kali ia menunduk memberi salam di awal latihan, ia sedang belajar tentang tawadhu'. Setiap kali ia jatuh lalu bangkit, ia sedang menanamkan semangat pantang menyerah. Setiap kali ia kalah dalam pertarungan, ia belajar tentang keikhlasan dan kebesaran hati. Dan setiap kali ia menang, ia diajarkan untuk tidak sombong, sebab di atas langit masih ada langit.

Potret ke dua gadis kecil selesai latihan sparing (sumber : herman dunggio)
Potret ke dua gadis kecil selesai latihan sparing (sumber : herman dunggio)

Bunda, jangan takut anakmu menjadi keras karena beladiri. Sebab di balik ketegasan seorang petarung, ada kelembutan yang terjaga oleh keyakinan dan iman. Anak perempuan yang belajar beladiri bukanlah anak yang kasar, tapi anak yang tahu kapan harus melindungi diri dan kapan harus menundukkan kepala. Ia tidak menjadi liar, justru semakin mengenal batas, tanggung jawab, dan rasa hormat kepada orang tua.

Beladiri juga mengajarkan pentingnya ukhuwah dan kerjasama. Di dojo, tidak ada perbedaan siapa yang kaya atau miskin, siapa yang cantik atau tidak, siapa yang berasal dari mana. Semua setara di bawah disiplin dan hormat yang sama. Di sanalah ia belajar makna keadilan dan kebersamaan --- nilai-nilai yang sangat diajarkan oleh Islam.

Bunda, dunia luar semakin menakutkan bagi perempuan. Tapi jangan biarkan ketakutan itu membuatmu mengekang putrimu. Sebaliknya, bekalilah ia dengan kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri, agar tidak mudah menjadi korban keadaan. Ketika ia berani berdiri tegak dan yakin pada kemampuannya, saat itu ia sedang membuktikan bahwa kelembutan tidak berarti kelemahan, dan kekuatan tidak harus menghapus sifat keibuan dalam dirinya.

Beladiri bukan sekadar olahraga, tetapi pendidikan karakter. Ia menumbuhkan keberanian, tanggung jawab, kejujuran, serta keimanan --- karena setiap gerakan mengajarkan keseimbangan antara tenaga dan akhlak. Sama seperti dalam hidup, kekuatan sejati tidak diukur dari seberapa keras pukulanmu, tapi seberapa besar engkau bisa mengendalikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun