Essi 267 -- Menawar Perintah Tuhan
Tri Budhi Sastrio
Dalam kitab suci bertebaran banyak kisah
     bagaimana manusia
Tawar menawar dengan Allah dalam banyak hal
     serta perkara.
Meskipun tentu agak sedikit naif dan di luar
     nalar serta logika,
Tetapi mengingat Beliaunya itu berlabelkan
     sang mahakuasa
Maka tentu tidak jadi masalah jika terjadi pada
     banyak perkara.
Karena mahakuasa jadilah Beliaunya bisa
     melakukan apa saja,
Termasuk juga tawar menawar dengan nabi dan
     manusia biasa.
Kisah tentang bagaimana negosiasi dilakukan
     jelas seru adanya,
Tapi catatan ini akan menyoroti mereka yang
     tidak melakukannya.
Sejauh catatan lama dan catatan baru dalam
     kitab suci rujukannya,
Konon hanya dua orang yang tidak repot-repot
     bernego manakala
Allah dan Tuhan menurunkan perintah lewat
     sabda dan ajakanNya.
Yang pertama Abram yang kemudian jadi
     Abraham nama resminya.
Nama resmi diberikan Allah karena dia
     ditetapkan jadi bapa bangsa.
Keturunannya akan sangat banyak, sebanyak
     bintang alam semesta,
Mereka akan melahirkan banyak bangsa dan
     masing-masing bangsa
Akan melahirkan banyak raja dan tugas utama
     mereka tidaklah hanya
Memerintah bangsa-bangsa tetapi juga
     memastikan yang mahakuasa
Dimuliakan namaNya, dimengerti sabdaNya,
     dijalankan perintahNya.
Abraham memang tidak dicatat berteriak lantang
     'siap' ketika sabda
Disampaikan padanya agar bersegera
     meninggalkan semua miliknya
Pergi ke tempat yang telah disediakan tetapi
     entah di mana lokasinya.
Meninggalkan tanah, ternak, kerabat, handai
     taulan, semua hartanya,
Pergi begitu saja ke tempat yang belum jelas
     kondisi dan keadaannya,
Meninggalkan segala rupa kemapanan yang
     telah dimiliki sebelumnya,
Jelas bukanlah tindakan yang akan dilakukan
     serta merta dan sukarela,
Oleh manusia modern jaman sekarang betapa
     pun tebal keyakinannya.
Tetapi Abraham, seperti yang dicatat dalam
     kitab suci, pergi begitu saja,
Membawa istrinya Sarai yang kemudian juga
     diganti namanya jadi Sara,
Karena dari wanita tua inilah seorang anak laki-
     laki akan lahir ke dunia.
Untuk pergi dia tidak ragu-ragu bahkan juga
     tidak perlu bertanya segala.
Tetapi manakala Allah juga menyampaikan
     bahwa nanti dia dan istrinya,
Yang kala itu telah hampir seabad usianya akan
     dikarunia seorang putra,
Mereka berdua tidak percaya dan hampir saja
     terpingkal-pingkal tertawa.
Apakah dirinya masih mempunyai hasrat birahi
     bersama suami yang tua?
Allah memang tak murka tapi pernyataan apa
     yang mustahil bagi manusia
Tetapi tak mustahil bagi yang mahakuasa,
     terpaksa meluncur ke luar juga.
Pernyataan ini kelak kemudian hari kembali
     diulang oleh nabi mahamulia,
Yang turun ke dunia atas titah empunya surga
     sampaikan berita gembira.
Untuk pergi ia memang tidak banyak bertanya
     tetapi untuk lahirnya putra,
Bukan saja mereka tidak percaya tetapi hampir
     saja meledak gelak tawa.
Inilah pertanda betapa sulitnya bagi manusia,
     betapa pun bijaksananya,
Untuk benar-benar percaya pada semua sabda
     empunya alam semesta.
Dalam kelanjutan perjalanan cerita tercatat
     bagaimana sang bapa bangsa
Pernah terlibat negosiasi yang seru dengan
     sang pencipta alam semesta.
Ketika sebuah kota hendak dihapus dari peta
     dunia karena timbunan dosa,
Sang bapa bangsa mencoba melunakkan hati
     nurani sang mahapemurka
Dengan mengatakan bahwa tak semua
     penduduk kota bergelimang nista.
Ada banyak juga yang tidak hanya suci hati dan
     jiwa tetapi juga badannya.
Entah tergerak perkataan sang bapa bangsa
     entah karena sebab lainnya,
Eh, sang mahapemurka berkata jika banyak
     yang tak nekad berbuat dosa,
Kota itu bolehlah tidak dihapus dari peta dunia ..
     tetapi apa benar adanya?
Kemudian, mungkin tidak terlalu yakin, sang
     bapa bangsa turunkan angka.
Sang maha pemurka kembali setuju ... mungkin
     ia tetap tak yakin adanya,
Angka kembali diturunkan ... dan diturunkan dan
     diturunkan dan nyatanya?
Rupanya sang maha pemurka tak keberatan
     asal angkanya bukan nol saja.
Negosiasi dan tawar menawar kali ini tampak
     dimenangkan oleh manusia.
Inilah contoh nyata betapa sang mahapemurka
     nyatanya jauh lebih suka
Menggunakan sifat mahapengasih maha
     pengampun tinimbang pemurka.
Abraham dan Sara akhirnya dicatat jadi bapa
     dan bunda segala bangsa.
Keturunannya penuhi hampir seluruh area yang
     ada di planet biru warna
Bahkan angkasa raya, perlahan tapi pasti, juga
     dirambah anak cucunya.
Perjanjian mungkin belum benar-benar purna
     tetapi jelas sekali arahnya.
Janji telah jadi nyata, bapa dan bunda bangsa
     dihormati di mana-mana.
Sebagai puncak dari semuanya ketika akhirnya
     nabi mulia utusan surga
Diperintahkan guna turun ke dunia, seorang pria
     keturunan bapa bangsa,
Yosef namanya, mendapat tugas membesarkan
     sang nabi maha mulia.
Bersama dengan istrinya, yang mendapat
     kehormatan menjadi keluarga,
Menjaga dan membesarkan Putra titipan surga
     guna laksanakan sabda.
Lalu bagaimana dengan praktek tawar menawar
     perintah oleh manusia?
Apakah sampai sekarang masih ada, kala nabi
     konon tak lagi akan ada?
Dulu mungkin hanya nabi dan orang-orang
     terpilih saja yang bisa bicara,
Tetapi sekarang semua orang tampaknya
     merasa punya hak yang sama.
Pertintah yang sudah sangat jelas hitam
     putihnya, eh .. tetap dinego juga.
Dan yang lebih keterlaluan, perintah ternyata
     diubah walau pembenarnya
Ternyata hanya persetujuan lisan bisikan nurani
     bengkok milik pribadinya.
Oh ya ... mungkin ada yang ingat bertanya, lalu
     siapa nama orang kedua,
Yang dicatat tidak banyak bimbang termasuk
     bertanya ketika diajak serta
Oleh nabi mulia utusan surga yang juga seorang
     Putra penyelamat dunia?
Orang ini tentu saja ada dalam catatan suci dan
     ... jelas sekali catatannya,
Hanya agar kitab suci kembali dibuka, biarkan
     namanya tetap jadi rahasia
Sampai semua orang menemukan karena
     dengan teliti mencari siapa dia.
Essi 267 -- POZ10112013 -- 087853451949