Kasidi 279 Â Antar Maya dan Realita
Di Zhuhai, Tiongkok, saat ini sedang berlangsung pameran dirgantara. Mulai dari capung, emprit, bangau, elang, rajawali sampai naga, ramai-ramai memperagakan kemampuan untuk mengangkut, mengintai, menyergap, menyerbu, menggempur, menghancurkan sampai dengan memusnahkan, dan hebatnya campur tangan manusia secara langsung tatkala terbang semakin berkurang.
Otak pintar digital virtual perlahan tetapi pasti mulai menggantikan peran langsung otak manusia, dan tingkat percepatan penggantian ini akan semakin melesat beberapa tahun ke depan.Â
Semua yang dulu hanya diimajinasikan melalui 'fiksi ilmiah' sekarang menjadi konsumsi anak-anak sehari-hari. Sehingga jangan heran jika perang di masa depan - ini jika masih sempat terjadi perang - bukan lagi antar raga dan senjata tetapi antar maya dan realita.
Sementara di sini, di tempat kita ini, banyak orang sibuk dengan kebodohan dan kepicikannya sendiri sambil membawa-nama Tuhan untuk dijadikan tirai kamuflase.Â
Kasidi yang sebenarnya tidak paham ilmu pengetahuan dan teknologi hanya bisa merasakan bahwa keduanya maju pesat sedangkan yang berkaitan dengan iman dan keyakinan sepertinya hanya jalan di tempat.Â
Sialnya lagi karunia kerendahan dan kemurahan hati yang dimaksudkan untuk tetap memurnikan pikiran ketika kemajuan gagal dicapai, eh malah disingkirkan dan hendak dihilangkan. Akibatnya? Tengok saja gosip tentang 4 November 2016 di Jakarta.
Cakrawala wawasan keberagaman dan toleransi hendaknya membentang tanpa batas karena hanya dengan begitu segala kedunguan dan kepicikan perlahan menghilang diganti oleh gairah memacu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dan peradabannya. Kasidi no. 279 - - tbs-03112016