Kasidi no. 518 Â Â Hamparan Jubah dan Lambaian Ranting Berdaun
Mengenang saat Tuhan memutuskan kembali ke kota yang akan membunuhNya. Menunggang keledai muda, yang kemudian oleh seorang penyair diabadikan dalam sebuah puisi, Tuhan disambut meriah oleh muridNya dengan hamparan jubah dan lambaian ranting berdaun.
Hosana teriak mereka berulang-ulang dengan suara nyaring dan gembira. Ketika orang Farisi meminta Tuhan menegur mereka, Tuhan menjawab kalau mereka diam maka batu-batu yang akan bersorak sorai menyambut Dia.
Tuhan memang harus disambut dengan meriah sebagaimana layaknya raja, bukan karena Dia memang Raja, melainkan karena perjalanan memasuki Yerusalem menunjukkan ketaatan total pada Allah.Â
Orang-orang yang sangat mencintai Dia, seperti sang bunda, Maria, atau wanita yang terus setia mengikuti Tuhan sejak dibebaskan dari roh jahat dan diampuni dosanya, Maria Magdalena, tentu berharap Tuhan tidak memasuki kota ini karena mereka tahu jika Tuhan masuk maka Dia pasti mati. Hanya saja, seperti yang disiratkan Tuhan sendiri, Aku harus mengikuti kehendak BapaKu, bukan kehendak dunia atau bahkan kehendakKu sendiri, maka Dia memang harus datang lagi ke Yerusalem. Â Â
Tiga atau empat hari kemudian, drama yang dikhawatirkan orang-orang yang mencintai Tuhan benar-benar terjadi. Penduduk kota meneriakkan suara kebencian penuh dendam untuk membunuh Tuhan. Begitulah, lambaian ranting berdaun dan hamparan jubah berubah menjadi teriakan menakutkan yang masih ditambah dengan pengkhianatan dan penyangkalan para murid utama.Â
Gentar dan sedih memang sempat menguasai Tuhan walau mungkin cuma sesaat, tetapi dengan demikian perintah dari Allah ditunaikan, penebusan atas dosa manusia diselesaikan, nubuat pada nabi digenapi, dan kesetiaan serta keteladanan sempurna dicontohkan. Kasidi no. 518 -- 087853451949 -- SDA15042019