Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essai Nomor 394 - yang Diundang Tidak Datang

20 Februari 2018   00:09 Diperbarui: 20 Februari 2018   04:12 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Essi nomor 394 - yang Diundang Tidak Datang

Yang Diundang Tidak Datang

Ketika dikatakan bahwa Dia itu tidak hanya kudus,
Tetapi juga Mesias Penebus, yang lurus dan tulus,
Hendaknya tidak dilupakan bahwa Dia juga jenius.
Ya jenius, yang keahliannya bercerita amat bagus
Sehingga yang samar jadi jelas, bengkok jadi lurus,
Sulit jadi mudah, rumit jadi indah, persoalan langit
Diturunkan ke bumi, dan gunung pun menjadi bukit.
Semua jadi jelas, enak dikunyah gampang dicerna.
Sabda Surga menjadi cerita dunia dan enak dibaca.
Itulah kualitas Tuhan kita, jago dan piawai bercerita
Hingga semua yang gelap gulita, terang bercahaya.

Lalu yang berikut, bagaimana satu ketetapan surga
Diolah menjadi cerita yang rasanya tak sulit dicerna,
Disampaikan langsung oleh Sang Putra kepada kita
Supaya jelas benar, beginilah situasinya manakala
Jauh-jauh hari sudah diberi undangan tetapi karena
Beragam dalih dan alasan dunia, diabai begitu saja.
Akibatnya ya fatal, dan bahkan abadilah petakanya.

Alkisah, Sang Maha berkenan sebarkan undangan
Pada banyak orang, orang kaya raya orang pilihan.
Undangan ini undangan penting dan amat istimewa,
Karena hanya diperuntukkan bagi setiap pelaksana.
Pelaksana Sabda yang memang haruslah istimewa
Serta kaya raya karena kalau tidak bagaimana bisa
Titah dan perintah dalam sabda dilaksana di dunia.
Undangan banyak jumlahnya sayangnya tak semua
Mendapatkan karunia karena nyatanya banyak juga
Yang memang tak mampu mewujudkan titah sabda.

Memang kaya raya tak semua berhubungan dengan
Harta tetapi juga tidaklah benar jika harta disisihkan.
Simak perintah berikut: "Berilah kepada orang yang
Meminta kepadamu dan janganlah menolak orang -
Yang mau meminjam dari padamu." Bagaimana bisa
Perintah ini dilaksana, jika yang diminta adalah harta
Sementara harta sama sekali tidak ada? Apakah bisa
Yang miskin dan tak punya apa-apa, yang kaya raya
Saja bisa terus giat tak melaksana titah serta sabda?
Yang bisa melaksana ini sabda hanyalah yang kaya.
Sayangnya, bisa tidak sama dengan mau, itu berbeda.
Ada yang bisa tapi tak mau melanggar juga namanya.
Jadi jelas sekali jika miskin harta dan tidak berpunya,
Ya tak usah banyak lagak atau cerita, pasti tidak bisa
Melaksanakan sabda; bukankah jadi nekad namanya
Jika terus mendamba terima undangan jamuan surga?
Undangan itu, cuma bagi yang bisa melaksana sabda,
Dan yang bisa, hanya yang kaya raya jika ia bersedia.

Simak juga perintah yang jelas paling banyak dibaca.
Tapi yang paling banyak dilanggar karena tidak kaya.
Merasa kaya dan benar-benar kaya, jelas jauh beda.
Merasa kaya bisa saja faktanya miskin tak berpunya
Dan rasanya ini potret kita semua, miskin serta papa.
Inilah sabda yang paling banyak dibaca, sayangnya
Yang paling sering dilanggar, dengan beragam cara.

'Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
Menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu
Menjadi anak Bapa yang di sorga, yang menerbitkan
Matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik,
Dan menurunkan hujan bagi orang yang benar serta
orang yang tidak benar.' Begitulah bunyi perintahNya.
'Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu,
Apakah upahmu? Bukankah para pemungut cukai juga
Berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi
Salam kepada saudara-saudaramu saja, apa lebihnya
Dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang
Tidak mengenal Allah pun, perbuatannya demikian?'

Jika miskin dengan maaf serta ampunan, bagaimana,
Titah yang jelas serta terang benderang ini dilaksana?
Tentu tidak bisa, dan kalau sudah jelas-jelas tak bisa,
Lalu bagaimana undangan ke surga didamba diterima?
Hanya yang berlimpah kaya raya dan gudang hartanya
Penuh dengan timbunan maaf dan ampunan yang bisa
Jadi pelaksana, dan karenanya hanya mereka semata
Yang terima undangan pesta perjamuan abadi di surga.

Begitulah, simak saja semua yang dari perintah surga.
Tak satu pun yang bisa dilaksana jika miskin tak kaya.
Orang haruslah kaya raya entah ampunan entah harta,
Entah ilmu entah wawasan entah tobat entah percaya,
Pendek kata, kalau tak kaya raya pasti tak bisa terima
Undangan jamuan abadi surga karena jelas tidak bisa
Melaksanakan sabda utama; miskin tak bisa apa-apa.
Rendah hati tak punya, murah hati tak bisa, yang ada
Cuma jahat lalu iri dan dengki, tidak bisa beri apa-apa.

Hanya saja seperti disampaikan oleh Sang Pencerita
Semua yang kaya raya serta pegang undangan mulia
Ternyata tak datang alias tak mau menjadi pelaksana.
Ada saja dalih alasannya meskipun semua sarana ada.
Karenanya herankah jika pada akhirnya para pendosa,
Bisa maling bisa pencuri, bisa sundal bisa pemerkosa,
Bisa penjahat penghujat, bisa penista bisa pendusta,
Yang akan memenuhi kursi jamuan abadi nan mulia?

Tentu tidak perlu heran apalagi yang bilang itu Tuhan,
Yang SabdaNya tentu benar, abadi, sepanjang jaman.

Dr. Tri Budhi Sastrio -- tribudhis@yahoo.com
087853451949 -- SDA20022018 -- Essi no. 394

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun