Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepekan Setelah Pengumuman Vaksin Gratis, Apa yang Perlu Kita Siapkan?

30 Desember 2020   10:39 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:57 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksinasi bukan Vickinisasi | sumber: unsplash

Untungnya, kita punya Presiden pro wong cilik. Beliau adalah Presiden Jokowi.

Tidak tahan melihat rakyatnya merengek-rengek meminta vaksin gratis. Apalagi sampai tega membandingkan beliau dengan Presiden Bolsonaro yang juga banyak mendapatkan kecaman dari rakyatnya, Pak Presiden secara tangkas dan dengan gagah berani tampil di muka publik menjawab keraguan masyarakat bahwa akan menggratiskan vaksin. 

Dengan tegas beliau meminta jajaran pemerintahannya terutama Menteri Keuangan untuk mengkalkulasi kembali kebutuhan dan anggaran demi terwujudnya rencana ini. Jelas ini sinyalemen bahwa Blio tidak mau kalah dengan Pak Modi di India.

Pernyataan merdu Blio seperti ini, "...Dapat saya sampaikan bahwa vaksin COVID-19 untuk masyarakat adalah gratis... sekali lagi gratis tidak dikenakan biaya sama sekali."

Demi menjamin terlaksananya keinginan Presiden tersebut, Pak Jokowi sampai menginstruksikan dan memerintahkan semua jajarannya untuk menyiapkan dan merelokasi anggaran di tahun 2021, sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak mendapatkan vaksin.

Tidak sampai di sana, karena saya yakin Pak Presiden tidak hanya ingin menyamai kegantengan PM Trudeau bahkan ingin unggul di atasnya, Pak Jokowi juga menyatakan siap menjadi orang yang divaksin pertama kali. Sungguh ini adalah wujud kesatria dan kepemimpinan Pak Presiden yang paling paripurna di saat seperti sekarang ini.

Pernyataan dua menit itu seolah menegaskan peribahasa, sekali mendayung 2 - 3 pulau terlampaui. Sekali pidato, Bolsanaro, Modi, dan Trudeau tersalip. 

Tidak hanya itu, Pak Presiden seolah mengirimkan pesan bahwa beliau masihlah sosok pro rakyat anti dinasti politik seperti pada 2014 lalu. Kondisi yang akhir-akhir ini banyak dipertanyakan baik oleh mantan pendukungnya maupun mantan pendukung Menhannya. Terutama terkait insiden Keluarga Berjaya di Solo dan Medan.

Memang tidak salah mayoritas rakyat Indonesia memilih Presiden!

Namun pemirsa, sebagai rakyat yang menyayangi pemimpinnya, tentu kita juga harus paham apa saja kebiasaan-kebiasaan orang yang kita sayangi. Itu sudah semacam petuah cinta selevel perihbahasa Panglima Tian Feng, "Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir."

Nah, jika ada yang mengaku menyayangi blio tapi tidak tahu kebiasaan-kebiasaan Pak Jokowi, maka tugas saya lah mengingatkan kembali agar tidak lupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun