Dari Tabungan Kecil Jadi Harapan Besar: Pegadaian Meng-EMAS-kan Negeri
Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, seorang ibu bernama Siti selalu menyisihkan uang belanja harian. Bukan untuk membeli pakaian baru atau perhiasan mahal, melainkan untuk menabung emas di Pegadaian. Ia bukan pengusaha besar atau pejabat kaya, melainkan seorang penjual gorengan di pasar tradisional. Setiap minggu, dengan uang lima puluh ribu yang ia sisihkan, ia membeli emas melalui program Tabungan Emas Pegadaian.
"Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit," begitu katanya sambil tersenyum. Baginya, emas adalah jaminan masa depan, investasi kecil yang bisa diwariskan untuk pendidikan anak-anaknya kelak.
Cerita Ibu Siti bukanlah hal langka. Di balik nama besar Pegadaian, tersimpan jutaan kisah rakyat kecil yang terbantu untuk memiliki masa depan lebih cerah. Pegadaian hadir bukan sekadar sebagai tempat menggadaikan barang saat kesulitan, tetapi juga sebagai lembaga yang mengajarkan literasi keuangan, membuka jalan investasi, dan memberikan akses setara bagi semua kalangan.
Inilah makna sejati dari "Bersama Pegadaian mengEMASkan Indonesia".
---
Peran Pegadaian dalam Literasi Keuangan
Indonesia saat ini sedang mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar ketika bangsa ini genap berusia 100 tahun. Salah satu tantangan besar menuju ke sana adalah bagaimana rakyat Indonesia mampu memiliki ketahanan ekonomi, daya saing global, serta literasi keuangan yang baik.
Sayangnya, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Banyak orang yang belum terbiasa menabung, apalagi berinvestasi. Di sinilah Pegadaian mengambil peran penting.
Melalui produk Tabungan Emas, Pegadaian memberikan kesempatan bagi siapa pun, bahkan dengan uang Rp10.000 sekalipun, untuk memiliki emas. Akses investasi yang dulu identik dengan orang kaya, kini bisa dijangkau oleh pedagang kecil, buruh, petani, hingga mahasiswa.