Mohon tunggu...
TPPI Mojokerto
TPPI Mojokerto Mohon Tunggu... Editor - Jurnalis Indonesia

Virgo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wacana Glokalisasi Penilaian Pendidikan Jasmani Menyambut Bonus Demografi

8 Juni 2022   21:46 Diperbarui: 8 Juni 2022   21:58 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Glokalisasi - Global dan lokal, Sistem global penilaian pendidikan sering kita jumpai dalam penilaian pendidikan dengan contoh utama globalisasi penilaian seperti TIMSS, PISA, DeSeCo yang sudah menjadi penilaian utama bagi negara-negara di belahan dunia, Penilaian pendidikan semakin mengglobal (Lingard dalam Tolgfors 2021:1). Sejalan dengan pendapat Exley bahwa globalisasi pendidikan sangat menonjol dibidang penilaian, dimana gagasan tentang akuntabilitas, komparabilitas, dan persaingan telah menjadi lazim (Tolgfors & Dean Barker, 2021). Begitu juga menurut Torrance (2011) sependapat, bahwa secara internasional, pengembangan sistem pendidikan berbasis standar, berbasis tes telah menjadi 'tujuan kebijakan utama' dalam dua dekade terakhir.

Adapun Asosiasi Internasional Pendidikan Jamani (AIESEP) Menjadi tolak ukur dalam pertimbangan kritis dengan wacana pendidikan jasmani secara global dan penilaian jasmani lokal dalam kurikulum Nasional di Swedia. Penelitian dari Swedia (Tolgfors dan dean barker: 2021) mengkritisi pertemuan antara penilaian jasmani global dengan pendidikan jasmani lokal Swedia, menurut mereka ada jarak antara penilaian global dengan penilaian lokal di Swedia. Mereka tidak setuju jika penilaian global mendominasi dan tidak mempertimbangkan penilaian jasmani secara heterogen dan mengesampingkan penilaian antara siswa yang mendapatkan kemampuan lebih menuju tingkat olimpiade/ kejuaraan dengan siswa yang mencapai penilaian standart. 

Doc. nova
Doc. nova

Perbandingan penilaian berbasis lokal masih jarang diterapkan dengan ketercapaian indikator secara lokal. Dalam pendidikan jasmani di Swedia diberikan diktaktik Jerman yang menekankan pada guru/ pendidik yang bisa merelasikan antara siswa dengan mata pelajaran, sementara AIESEP memberikan Instruksional yang runtut dalam pembelajaran, mulai dari menentukan kompetensi dasar sampai penilaian untuk siswa (Tolgfors&D. Barker: 2021). Di sistem pendidikan nasional kita sudah berjalan sesuai instruksional seperti penuturan AIESEP, namun dalam penilaian masih belum memberikan penilaian yang bermakna kepada siswa.

Dengan adanya glokalisasi dalam penilaian yang memberikan inspirasi terhadap penilaian pendidikan kita, dalam masa menyambut bonus demografi saat ini, terutama dalam pendidikan jasmani. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) penting diajarkan di sekolah agar dapat menjaga kesehatan dan kebugaran peserta didik. Masih disayangkan PJOK terhambat sejak pandemi Covid-19 melanda. Tenaga pendidik PJOK dituntut bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi saat ini. Oleh karena itu, Direktorat Sekolah Dasar menggelar webinar dengan tema ‘PJOK dalam Pembelajaran Paradigma Baru’ pada Rabu, 27 Oktober 2021. Tujuannya untuk memberikan edukasi serta inspirasi terkait implementasi PJOK di tengah pandemic dan selanjutnya menuju era new normal.

Dr. Ary Moelyadi, M.Pd., Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Pendidikan, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga mengatakan, merespons situasi ini, pihaknya membuat inovasi kegiatan olahraga, yaitu dengan menyelenggarakan sport festival untuk kategori silat, karate dan taekwondo yang dilaksanakan secara virtual. Dalam mewujudkan Indonesia emas Tahun 2045, SDM Indonesia yang saat ini masuk kategori anak (< 15 tahun) akan menjadi pemimpin di berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu perlu disiapkan pemenuhan hak anak untuk tumbuh kembang, kesehatan, serta pendidikan karakter. “Jadi pendidikan olahraga berperan dalam gerakan hidup aktif yang menyenangkan. Era Industri 4.0 yang didominasi oleh penggunaan digital hampir merambah semua generasi, termasuk anak didik U-15. Bonus demografi 2020-2030 adalah usia produktif penduduk 15-65 tahun, namun faktanya produktivitas tersebut tidak didukung derajat kebugaran yang baik. Ini bisa berakibat generasi yang harusnya produktif menjadi non-produktif,” tandasnya. (Ary Moelyadi, dalam webinar).

Penilaian dan tenaga pendidikan- menyambut bonus demografi tidaklah mudah, kita harus berjuang dalam pergerakan meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Dalam SISDIKNAS Tahun 2021, penjelasan kementerian tentang menyediakan pendidik dan tenaga kependidikan sangatlah antusias dengan meningkatkan program-program keprofesionalan untuk pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia. Dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang unggul dan professional, diharapkan dapat memberikan siswa kita pembelajaran serta penilaian yang bermakna sebagai bekal yang berguna untuk diri sendiri maupun masyarakat dan bangsa dimasa depan. Gagasan bahwa guru bertanggung jawab untuk menyediakan siswa dengan pendidikan holistik yang memenuhi kebutuhan individu siswa. Deskripsi khusus mata pelajaran dalam kurikulum yang sama mencerminkan wacana yang lebih mengglobal di mana hasil pengajaran yang diinginkan bersifat generik dan ditentukan dengan jelas (Tolgfors&D.Barker:2021). Seperti halnya di lapangan memberikan keluwesan terhadap siswa dalam pendidikan jasmani yang secara praktik tidak menekan siswa agar mencapai standar kompetensi secara berlebih untuk mendapatkan hasil yang dianggap mampu dalam lomba kejuaraan, namun penilaian ketercapaian kompetensi dasar sangat diperhatikan oleh pendidik.

Merujuk penelitian yang dilakukan Tolgfors &D. Barker(2021) dengan menggagas wacana Glokalisasi penilaian pendidikan jasmani. Dimana pernyataan posisi oleh AIESEP dipakai sebagai pernyataan yang menyetarakan bagian penilaian global tentang pendidikan jasmani dengan penilaian pendidikan jasmani lokal swedia, dengan menyertakan peran pendidik dalam pengintegrasian antara kurikulum, pembelajaran yang bermakna serta penilaian berisiko yang sesuai. Dengan hasil diskusi bahwa resiko tinggi penilaian pendidikan jasmani secara lokal sudah diapropriasi menjadi penilaian secara global. Melihat generasi masa depan dengan perkembangan indutri 4.0 ini, sudah selayaknya kita memberikan pembelajaran dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan juga tidak menolak pendidikan global, oleh karena itu , pendidik diharapkan mampu dalam mengemban pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang diramu dengan mempertimbangkan wacana glokalisasi terutama pada pendidikan jasmani agar peserta didik kita tidak meremehkan sejarah atau mengunggulkan kemajuan jaman. [nov]

Kontributor: Novaria Lailatul Jannah/21071516010 

(Mahasiswa S3 Dikdas Universitas Negeri Surabaya)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun