Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Gagal Penuhi Target Runner Up, Lalu Apa?

11 Desember 2019   06:21 Diperbarui: 11 Desember 2019   10:01 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sigit Adrian-Anggota Tim Bola Volley Putra SEA Games 2019 adal Desa Karangduwur Kec. Ayah Kab. Kebumen - Dok. KONI Kab. Kebumen

Sampai dengan Selasa (10/12) siang, Kontingen Indonesia di ajang SEA Games  ke 30 Filipina 2019 meraih 69 emas, 76 perak dan 102 perunggu. Secara kuantitatif, hasil yang dicapai telah melebihi target perolehan medali (ini belum termasuk tambahan 1 perak dari cabang sepakbola dan lainnya, kalau masih ada).

Dengan capaian itu, sebenarnya prestasi olahraga kita di kancah antar bangsa se Asia Tenggara cukup membanggakan. Ada peningkatan peringkat dari lima menjadi empat dibandingkan ajang sebelumnya.  Artinya, prestasi yang dicapai oleh para atlet, pelatih dan pembina yang mengikuti ajang saat ini tidak hanya meningkat, tetapi juga membanggakan. 

Tentang target peringkat yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi boleh jadi merupakan motivasi dengan ujung pemberian bonus khusus. Di era sekarang, pemberian bonus sebagai bentuk penghargaan (reward) adalah hal biasa sebagaimana pemberian sanksi (punishment) jika ada hal serius yang menyebabkan hal itu harus dilakukan.

Bonus bagi atlet berprestasi juga hal yang biasa terjadi. Begitu juga bagi pelatih yang telah bersusah payah menyiapkan atlet dari masa pelatihan rutin, pemusatan latihan sampai terjun di cabang atau nomor pertandingan tertentu. Pelatih acapkali diabaikan ketika atlet berprestasi mendapatkan "hak'-nya berupa penerimaan bonus prestasi atas sukses yang dicapai dalam kejuaraan atau perlombaan tertentu. 

Berikut ini rincian bonus yang akan didapat para atlet, pelatih, dan asisten pelatih berprestasi dalam SEA Games 2019 di Manila, Filipina:

Olahragawan

  • Tunggal
  • Emas: Rp200 juta
  • Perak: Rp100 juta
  • Perunggu: Rp60 juta

    Ganda
    • Emas: Rp160 juta
    • Perak: Rp80 juta
    • Perunggu: Rp48 juta
  • Beregu:

Emas: Rp100 juta

Perak: Rp50 juta

Perunggu: Rp30 juta

Pelatih dan ofisial

  • Tunggal/Ganda

Emas: Rp100 juta

Perak: Rp50 juta

Perunggu: Rp30 juta

  • Medali Kedua dan seterusnya

Tunggal:

Emas: Rp50 juta

Perak: Rp25 juta

Perunggu: Rp15 juta 

Beregu:

Emas: Rp130 juta

Perak: Rp65 juta

Perunggu: Rp39 juta

Asisten Pelatih

  • Tunggal/Ganda

Emas: Rp60 juta

Perak: Rp30 juta

Perunggu: Rp18 juta

Beregu:

Emas: Rp80 juta

Perak: Rp40 juta

Perunggu: Rp24 juta

  • Medali Kedua dan seterusnya

Emas: Rp30 juta

Perak: Rp15 juta

Perunggu: Rp9 juta

Pemberian bonus kepada atlet, pelatih, asisten pelatih dan ofisial pada ajang SEA Games 2019 Filipina cukup transparan. Publik dapat mengetahui dan menilainya. Pelatih mendapat jatah setengah nilai bonus atlet untuk semua kategori. Demikian pula dengan ofisial yang biasanya merupakan unsur pembina dan tim ahli di cabang olahraga tersebut.

Sementara itu, asisten pelatih mendapat sekitar 60% dari nilai bonus yang diterima pelatih/ ofisial. Dari paparan angka-angka ini memang nampak ada niat baik dari pemerintah untuk mengapresiasi prestasi insan olahraga lewat alokasi APBN. Akankah hal itu terwujud sepenuhnya, tanpa ada embel-embel potongan pajak yang kadang kala menjadi "slilit" bagi penerimanya? Jika diterima sepenuhnya dan pemerintah yang menanggung pajaknya berarti memang niat itu tulus untuk pemajuan olahraga prestasi. Demikian juga sebaliknya.

Selain masalah bonus yang masih bisa diperdebatkan nilai dan cara mewujudkannya, capaian prestasi yang nilai efektifnya pada kisaran rata-rata 72% tentu jauh lebih baik dibanding pada ajang SEA Games 2017. Bahkan sebagian ada yang mampu melewati angka 100% semisal angkat besi putri yang memecahkan rekor dunia junior. 

Pelajaran besar dari ketidak-berhasilan Kontingen Indonesia menggapai posisi kedua dalam perolehan medali di ajang SEA Games 2019 adalah perlunya kesatuan pandangan tentang masyarakat (komunitas) olahraga yang harus diredifinisikan dalam Undang-Undang Sistem Keolahrgaan Nasional sebagaimana diusulkan oleh Yusuf Suparman, Staf Hukum Kemenpora.

Hukum keolahragaan yang mengakui "kedaulatan" komunitas olahraga dan tidak boleh diintervensi oleh negara akan menghidupkan kembali semangat : Mens Sana Incopore Sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. 

Di ajang SEA Games 2019 ini, kita belum mampu mengejar ketertinggalan dari Thailand dan Vietnam. Vietnam mengalami kemajuan yang sangat pesat karena komitmennya jelas. Olahraga adalah bagian yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Meski menganut paham komunis, dalam hal pembangunan keolahrgaan mereka justru lebih demokratis dari Indonesia. Beragam infrastukrut olahraga dibangun seiiring dengan pembangunan infrasturktur ekonomi.

Jika pemerintahan Presiden Jokowi memang menginginkan pembangunan sumber daya manusia unggul, mulailah dari bidang olahraga dan kebudayaan yang lebih realistik untuk segera dipetik hasilnya. Narasi kebudayaan manusia unggul berbeda dari isian PPKD (Program Pemajuan Kebudayaan Daerah) yang sarat kepentingan politik.

Politik olahraga yang berbasis sportivitas semestinya menjadi dasar pemajuan kebudayaan nasional. Yang sangat perlu dijaga ketat adalah fungsi Kemenpora dalam upaya pemajuan itu harus dijauhkan dari orang-orang culas yang suka dan pendukung setia KKN (korupsi-kolusi-nepotisme). Semoga.

Sumber : satu , dua , tiga , empat  , lima , enam , 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun