Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekosistem Budaya Literasi di Kompasiana

30 Oktober 2018   08:17 Diperbarui: 30 Oktober 2018   13:36 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan mural ala Kampung Klentengan RT 7/ V Kelurahan Kebumen. Dokpri

Judul di atas mungkin saja berkesan klise. Tapi begitu yang terbersit di benak selesai membaca Isi Kompasiana News hari ini. Mau dibawa kemana Kompasiana 10 tahun ke depan? Tak mudah menemukan jawaban yang paling mudah sekalipun. 

Satu dasawarsa perjalanan hidup Kompasiana sebagai blog keroyokan dengan beragam romantikanya tentu telah ada catatan umum maupun khususnya. Dan yang tahu pasti adalah pengelola. Sepanjang laik tayang, Kompasianer akan merasa aman, nyaman dan mungkin juga bahagia. Suatu gambar abstrak yang kadangkala tak bernilai apapun selain kebahagiaan tadi. 

Sepanjang yang saya pahami, Kompasiana telah memainkan peran penghubung antar beragam unsur budaya. Budaya keindonesiaan dalam beragam frame dan tingkat kecerahannya. Sekadar contoh kecil, saya yang orang kampung dan kampungan. Framenya kecil dengan tingkat kecerahan rendah alias blur. Dalam banyak tulisan, abstraksi tentang diriku adalah kerdil, pongah dan teman sejawatnya. Tapi tetap percaya diri. .. he hee. Kompasiana menyikapi penampilan norak seperti diriku tetap lapang dada. Sehingga diriku tetap merasa aman, nyaman dan cukup bahagia. Kalau dirimu bagaimana ?

Aman berarti jauh dari rasa takut. Beragam jenis ketakutan yang timbul dari frame dan tingkat kecerahan isi tulisan telah diantisipasi dengan baik melalui pengaturan yang relatif sederhana dan menyamankan Kompasianer dalam mengeksploitasi "jati dirinya". Dan jika literasi dapat dipahami dalam frame yang sama oleh para Kompasianer sebagai kemampuan calistung (baca, tulis dan hitung), maka Kompasiana adalah sebuah ekosistem budaya yang layak dikembangkan menjadi rumah induk keindonesiaan netizens.  Konsepnya mirip diaspora. Siapapun dirinya dan dimana pun keberadaannya, sepanjang membawa nilai keindonesiaan maka dirinya adalah Kompasianer. Kompasiana wajib memfasilitasi.

Akhirnya, karena ukuran frame yang sempit dan blur, tulisan ini hanya sebuah mimpi. Harapannya tidak terjadi di siang bolong. Itu saja simpulannya. Mohon maaf atas kekerdilan orang pongah yang sedang bermimpi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun