Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tutur Cinatur: Curug Nini, Telaga Sunyi dan Misteri Nini Curug

15 Juni 2025   11:24 Diperbarui: 15 Juni 2025   11:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nini Curug - Meta AI

Tutur Cinatur: Curug Nini, Telaga Sunyi dan Misteri Sang Nenek Penjaga

Di balik heningnya lembah dan sejuknya hembusan angin pegunungan di perbatasan Desa Pagerandong dan Desa Cipaku, tersembunyi sebuah tempat yang dulu begitu memesona: Curug Nini. Tempat ini bukan hanya sebuah curug (air terjun) biasa. Ia adalah telaga yang menyimpan keindahan alami sekaligus cerita mistis yang telah melegenda: kisah tentang Nini Curug, sang penjaga gaib yang tak pernah benar-benar pergi.

Curug Nini adalah sebuah air terjun yang jatuh langsung ke dalam kolam alami yang luas. Di dasar tebingnya, mengalir mata air besar yang tak pernah kering, bahkan di musim kemarau. Di sekelilingnya, tumbuh rimbun pohon pandan, yang dulunya dimanfaatkan warga untuk membuat tikar atau klasa. Bukit-bukit hijau mengapit telaga ini, memberi rasa teduh dan seolah menjaga kesucian tempat itu dari dunia luar.

Pada tahun 1970-an, Curug Nini dikenal sebagai surga tersembunyi yang alami dan asri. Airnya bening, kolamnya dalam dan utuh, belum ada gundukan tanah yang membelah ketenangan permukaannya. Di sisi timur curug, dua pohon Rau berdiri gagah, tempat yang kemudian diyakini sebagai "pintu gerbang" alam gaib milik Nini Curug. Kini, keindahan itu perlahan memudar. Pipa-pipa air minum terpasang di dekat mata air, dan gundukan daratan mengurangi keluasan telaga. Namun, aura magisnya belum benar-benar hilang.

Curug Nini - Toto Endargo
Curug Nini - Toto Endargo

Lalu siapa sebenarnya Nini Curug?

Menurut tutur masyarakat, ia adalah sosok nenek tua berjubah tradisional Jawa: berkebaya lusuh, memakai jarit, rambutnya mengombak seperti wijen -- hitam dan putih bercampur, digelung kecil. Selendang selalu tersampir di pundaknya, dan tongkat menemaninya berjalan. Ia bukan sekadar dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak agar tak keluyuran malam. Konon, ia memang pernah terlihat, muncul di Pasar Cipaku, siang maupun malam.

Yang membuatnya semakin misterius, Nini Curug punya kemampuan unik: ia bisa membelah diri. Siapa pun yang menatap wajahnya lama-lama, akan melihat satu nenek menjadi dua, lalu tiga, dan tiba-tiba lenyap begitu saja. Bahkan, beberapa warga mengaku melihat rombongan nenek melayang di atas telaga Curug Nini, masuk ke dalam Pohon Rau, dan lenyap dalam sekejap.

Satu hal yang menarik, menurut kisah lama, Nini Curug gemar "keluyuran." Ia tak hanya menghuni Curug Nini, tapi juga sesekali berjalan ke desa-desa, menjelajahi kampung-kampung di sekitarnya, seolah ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Tapi sejak era 2000-an, kehadirannya makin jarang terdengar. Barangkali ia tersingkir oleh popularitas hantu-hantu sinema yang lebih "kekinian." Atau mungkin, ia sedang menikmati ketenangan baru, jauh dari hiruk pikuk manusia.

Namun bagi para pencari makna dan pecinta budaya lokal, Curug Nini tetaplah sebuah warisan yang hidup---baik dalam bentuk alam maupun cerita. Ia bukan sekadar lokasi wisata, tapi juga cermin bagaimana masyarakat dahulu menjaga hubungan dengan alam, memaknai kehadiran "penunggu" bukan sebagai hantu, tapi sebagai penjaga, pelindung harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun