Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Pahala dan Harga: Dua Wajah Idul Adha yang Tak Selalu Seimbang

21 Mei 2025   16:36 Diperbarui: 21 Mei 2025   18:08 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kambing dan Sapi - Meta AI

Antara Pahala dan Harga: Dua Wajah Idul Adha yang Tak Selalu Seimbang

Catatan untuk Pedagang Hewan Kurban Musiman

Idul Adha selalu datang membawa gema spiritual yang dalam. Peristiwa besar yang mengajak kita mengenang puncak ketundukan seorang Nabi terhadap Tuhannya. Ibadah kurban bukanlah urusan potong hewan belaka, melainkan ikhtiar untuk memotong ego, keserakahan, dan rasa memiliki terhadap sesuatu yang hakikatnya bukan milik kita.

Namun di balik gemerlap nilai-nilai itu, ada satu fenomena yang terus berulang: semangat berkorban tak selalu hadir di pasar hewan kurban.

Para pedagang---banyak di antaranya pedagang musiman---berbondong-bondong membuka lapak. Mereka bukan sekadar menawarkan kambing dan sapi, melainkan juga memajang hitung-hitungan laba yang luar biasa. Di tengah lautan niat baik dari mereka yang ingin menjalankan ibadah, ada pula gelombang kalkulasi untung yang tak kenal batas.

Harga melonjak tinggi bukan karena ongkos produksi atau pakan, tetapi karena euforia momen. Beberapa bahkan terang-terangan menaikkan harga berlipat dari bulan sebelumnya, seolah-olah Idul Adha adalah ajang "panen raya" bukan bagi pahala, melainkan pundi-pundi pribadi.

Kambing dan Sapi di Padang Pasir - Meta AI
Kambing dan Sapi di Padang Pasir - Meta AI

Apakah salah mencari untung? Tentu tidak. Islam tak pernah melarang berdagang. Bahkan Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang sukses. Tapi yang membedakan adalah: beliau berdagang dengan amanah. Ada adab, ada empati, ada rasa cukup.

Yang mencemaskan dari wajah sebagian pedagang hari ini adalah saat hilangnya rasa cukup itu. Ketika semua semata-mata dikejar demi margin keuntungan, apa bedanya antara pasar hewan kurban dan pasar saham? Di mana letak ruh pengorbanan itu?

Ironisnya, di sisi lain, ada pembeli yang datang dengan harapan besar. Bisa jadi, ini satu-satunya tahun dia mampu berkurban. Mungkin baru tahun ini keuangan memungkinkan. Tapi harapan itu bisa saja harus ditebus dengan harga yang menggunung. Mereka tetap membeli, meski terpaksa, demi bisa merasakan nikmatnya ibadah yang dicontohkan Nabi Ibrahim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun