Samosir,Sumatera Utara (Sumut).
Raja Uti, dikenal juga sebagai Raja Uti Indra Warman Syah, merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah kerajaan-kerajaan Melayu kuno. Berdasarkan catatan sejarah dan sumber lokal yang tertulis dalam dokumen kuno dan tradisi lisan, Raja Uti disebut sebagai penguasa awal di wilayah pesisir barat Sumatra, khususnya di daerah Tapanuli dan sekitarnya.
Dalam dokumen yang dikaji, Raja Uti disebut dalam konteks surat Raja Tapanuli kepada Raja Cina yang dikenal sebagai surat "Hanzi" bertanggal sekitar abad ke-7 hingga ke-9 Masehi. Dalam surat itu, nama Raja Uti muncul sebagai penguasa yang menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Tang di Cina. Hal ini menandakan bahwa pada masa kepemimpinannya, kawasan Tapanuli telah menjadi bagian dari jaringan perdagangan maritim internasional.
Silsilah Raja Uti menjadi titik awal bagi pemetaan generasi penerusnya yang meliputi wilayah Batak dan sekitarnya. Dokumen mencatat bahwa Raja Uti memiliki keterkaitan genealogis dengan tokoh-tokoh adat seperti Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon, yang kemudian menjadi cikal bakal marga-marga besar dalam masyarakat Batak.
Berbeda dengan catatan sejarah yang mengangkat tokoh-tokoh kerajaan besar seperti Sriwijaya atau Majapahit, kisah Raja Uti dan keturunannya lebih banyak terjaga melalui narasi lokal, naskah kuno, dan silsilah yang dijaga oleh para tetua adat. Hal ini memperkuat pentingnya pendekatan sejarah lokal dalam menelusuri akar identitas bangsa.
Generasi penerus Raja Uti memainkan peran penting dalam mempertahankan nilai-nilai budaya, sistem pemerintahan tradisional, dan hukum adat. Satu hal yang menonjol adalah konsistensi pewarisan sistem marga, yang menjadi ciri khas masyarakat Batak hingga kini. Sistem marga bukan hanya mencerminkan silsilah, tetapi juga struktur sosial yang mengatur hubungan antarkelompok dalam masyarakat.
Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan dari generasi Raja Uti mencakup prinsip keadilan, musyawarah, dan keberanian. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tradisional pada masa lalu tidak hanya bersifat absolut, tetapi memiliki dimensi moral dan spiritual yang kuat.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah lokal, kisah Raja Uti dan generasinya mendapat perhatian baru dari kalangan sejarawan, budayawan, dan masyarakat umum. Penelusuran terhadap silsilah, pengaruh budaya, dan jejak arkeologisnya menjadi bagian penting dalam membangun narasi sejarah Indonesia yang inklusif.
Pengakuan terhadap Raja Uti sebagai bagian dari sejarah nasional dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman identitas kolektif, serta memperkaya khazanah sejarah bangsa Indonesia yang selama ini lebih banyak terfokus pada narasi-narasi besar di Jawa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI