[caption id="attachment_340380" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasiana Nangkring bersama Sun Life asuransi syariah(dok pribadi)"][/caption]
Bagi sebagian besar orang yang belum mengenal Islam secara baik,istilah istilah Islam terkadang membuat mereka takut,sebagai agama yang mengajarkan rahmatan lil alamin,rahmat bagi semesta alam,Islam adalah agama yang komplet,aturan manusia sudah tercakup dalam Al quran dan hadist,dan sebenarnya wajah'seram'Islam terkadang stigma saja bukan sebuah kenyataan.Dalam hal berdagang pun Islam mengatur dalam etika yang beradab,dan dalam sistem bernama asuransi,sentuhan Islam mulai diminati dalam bidang asuransi maka istilah asurasi syariah kini semakin akrab terdengar.
Di hari Sabtu yang seru,sebagai kompasianer yang sudah terdaftar sebagai peserta nangkring,saya bersiap menuju TKP yang berlokasi di jalan Gereja Theresia,tepatnya di cafe Pisa,cukup mudah mencapai lokasi,berjalan dari gedung Sarinah Thamrin,beberapa menit kemudian cafe yang di tuju pun bisa ditemukan.
Acaranya seru sekali,selain menambah ilmu tentang dunia asuransi,suasananya pun begitu hidup,nara sumbernya berkompeten,ada ibu Srikandi Utami yang menjabat sebagai Vice President Head Of Shariah PT Sun Life Finansial Indonesia,ada juga Prof.DR.H Faturrahman Djamil MA seorang ahli fikh dari UNJ Syarief Hidayatullah Jakarta yang juga DPS Life unit Syariah,dengan dimoderatori oleh Bang Isjet dari Kompasiana dan pembawa acara Mbak Citra,bincang bincang tentang asuransi syariah berlangsung hangat,menarik dan seru.
Bahwa kenyataan di dunia,sistem syariah yang memang berdasarkan hukum Islam kini diminati oleh orang orang yang bukan beragama Islam,konsep syariah yang sudah begitu jelas tertera dalam Al quran membuat keragu raguan pun semakin menghilang,dan Sun Life adalah perusahaan yang didirikan ditahun 1865 dan berkantor pusat di Kanada,melirik sistem syariah dan diterapkan dalam asuransi.
Ini sangat menarik,keunggulan sistem syariah yang berakar dari rasa tolong menolong,saling melindungi adalah aset yang tak terbantahkan,dengan konsep kumpulan dana atau Dana Tabarru,selain itu di dalam konsep syariah tak ada unsur riba atau bunga,kita tahu sendiri betapa dahsyatnya daya rusak jika menggunakan sistem ribawai,selain memang memberatkan,riba adalah sitem yang sebenarnya tidak manusiawi,kita membayar'anak'nya uang sedangkan hutang pokok malah tetap segitu gitu saja.
Selain menghindari dalam hal riba,dalam asuransi syariah juga menjauhi sistem yangbernama taghrir/gharar atau ketidakpastian dalam transaksi,dan ada sau hal yang perlu dicatat,dalam asuransi yang berbasis syariah adalah tak diperkenakannya unsur maysir atau perjudian.Ini adalah patron yang terus dibawa dan melekat dalam sistem asuransi syariah.
Dan ini memang selaras dengan Fatwa DSN MUI Nomor 21/DSN-MUI/IX/2001 yaitu"Usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi rsiko tertentu melalui akad yang sesuai syariah."
Keberkahan adalah salah satu kemungkinan yang paling besar didapatkan bila kita menggunakan transaksi syariah,ekonomi dunia sangat mungkin beralih ke arah syariah,dan dibelahan dunia,gerak ekonomi syariah terus menguat,inilah ekonomi yang berbasis Al Qur'an dan Hadist,ayat ayat suci menjadi pedoman dalam bermuamalah akan memberikan efek yang humanis,tak ada yang dirugikan diantara dua orang atau lebih jika melakukan hal hal yang berpedoman kepada kitabnya Allah SWT.
Bila masih ada yang meragukan konsep syariah,mungkin mereka belum begitu paham,dan inilah yang menjadi tantangan bagi umat muslim khususnya di negara tercinta Indonesia,dan Sun Life Syariah telah melakukan hal cerdas berdasarkan konsep kitab suci,semoga menjadi berkah adanya,maju terus konsep ekonomi syariah,selalu ada jalan bagi para penggiat ekonomi syariah,berkah di dunia dan tentu saja terlebih di akherat kelak.
Bukan saatnya takut tentang hal berbau syariah,namun kita mesti bergandeng tangan,karena harapan selalu ada bagi orang orang yang mau terus belajar dan ikhtiar.