Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pemberian Beasiswa yang Lalim dan Keajaiban "The Power of Emak-emak"

10 Agustus 2018   10:01 Diperbarui: 13 Agustus 2018   02:55 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosial media memang telah mengubah wajah kehidupan di era milenial, satu cuitan di medsos mampu memberikan efek yang lumayan mencengangkan. Hal ini dirasakan seorang emak-emak yang memang sering berinteraksi dengan penulis di dunia maya.

Beberapa waktu lalu si emak curhat tentang dilema beasiswa yang didapat anaknya. Sebuah sisi menarik tentang dahsyatnya era digital dan juga "Power of emak-emak" yang tak bisa dianggap enteng lho.

Berawal dari cerita tentang anak si emak yang mendapatkan beasiswa dari sekolah sejak duduk di bangku kelas 7 hingga kini di kelas 8. Berhubung si emak ini enggak satu tempat dengan si anak, beasiswa disepakati antara orangtua siswa yang diwakili oleh pihak orangtua teman penulis. 

Ada kesepakatan  dari wali murid dan guru bahwa pengambilan beasiswa berupa uang yang di ambil di bank di wakilkan oleh guru dengan alasan tidak repot repot. Namun di saldo buku tabungan tertera saldo masuk sebesar 750 ribu, namun si anak hanya di beri 350 ribu.

Si emak pun menanyakan selisih yang 400 ribu dong, sebuah pertanyaan yang cukup wajar memang, dan wali murid pun pun dengan itikad baik menanyakan kepada guru yang biasa membagikan uang beasiswa. 

 Postingan di sosial media yang bisa bikin gerah juga(dokpri)
 Postingan di sosial media yang bisa bikin gerah juga(dokpri)
Sengkarut masalah pembayaran beasiswa membuat si emak mulai memposting di akun media sosial yang ia punya dengan tujuan menanyakan hal yang sama dan mungkin saja terjadi dengan apa yang dialaminya. Namun postingan si emak ternyata mendapat respon keberatan dari sekolah.

Akhirnya sisa kekurangan dikembalikan namun pihak sekolah tampaknya menunjukan gelagat marah, namun si emak memilih nggak meladeni. Namun efeknya ternyata anak si emak dimarahi jua oleh beberapa pendidik di sekolah anaknya.

Si emak ini dan mereka tetap keukeuh agar postingan di facebook itu di hapus. Bukan itu saja ada sebuah kenyataan bahwa anak si emak berniat untuk pindah ke sekolah saja. 

Sontak, hal ini memancing si emak menanyakan lebih lanjut kenapa harus pindah sekolah. Dan....bummm, anak si emak dimarahi sehingga si anak pun menginginkan upaya pindah sekolah.

Sampai di sini penulis menjadi paham akan trengginasnya emak-emak kalau soal membela anak, jangankan kepada anak, bukankah emak-emak akan all out jika Tuper Ware nya hilang. 

Dan "power of emak-emak" memang ada benarnya, di era kinian di mana kita bebas berpendapat maka konsekuensinya akan ada pihak yang merasa di rugikan dengan apa yang di tuliskan. 

Pesan moralnya sih apapun itu sebenarnya kita di tuntut untuk amanah dan menjaganya, sebuah pertanyaan dari Emak Emak ternyata cukup membuat was was, semoga kasus ini bisa di selesaikan secara kekeluargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun