Mohon tunggu...
Topeng
Topeng Mohon Tunggu... -

Seorang Pria Bertopeng, suka berteman dan cinta damai....\r\nsalam tertawa bahagia ... hahahahahahahahahahahahahahaha...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Puasa (1): Hati Nurani dan Hati Zhulmani

19 Juli 2011   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Usai si Topeng ditertawakan oleh Kyai Gendheng dan para jamaah yang lain saat menghadiri peringatan malam Nisfu Sya'ban kemarin, maka Sang Guru pun memberikan uraiannya tentang makna puasa. Tentu saja, setelah tertawa itu hampir tidak bersisa, dan si Topeng menjadi lega tanpa hahahahahahahahahahahahahahha...

"Peng, puasa itu ibadah yang sangat private, sangat bersifat pribadi" ucap Kyai Gendheng saat memulai uraian tantang makna puasa.

Menurut Kyai, puasa berbeda dengan pilar rukun Islam yang lain, yakni syahadat, sholat, zakat dan haji. Dalam hadits Qudsi disebutkan bahwa " Puasa adalah untuk-Ku semata, dan Akulah yang menanggung pahalanya". Artinya, seseorang yang berpuasa hanya dapat diketahui oleh Tuhan, dan dirinya sendiri.

Lantas, untuk apa kita berpuasa ? Puasa adalah untuk menjadi lebih bertakwa. Takwa adalah kesejajaran iman dan tali hubungan dengan Allah (hablu minallah), yang merupakan dimensi vertikal yang benar. Dengan berpuasa, diharapkan kita akan lebih baik dalam hal berhubungan dengan Tuhan.

Hubungan yang baik dengan Tuhan, berarti keinsyafan yang tinggi bahwa setiap sikap, gerak dan langkah dalam hidup seseorang tidak akan terlepas dari pantauan Tuhan. Itulah, mengapa seharusnya seseorang yang mengaku beriman dan berhubungan baik dengan Tuhan memiliki moralitas yang tinggi. Karena, ia tidak lagi hanya terikat pada aturan norma hukum, norma sosial dan norma agama yang masih terkait dengan faktor sesama manusia. Akan tetapi, ia lebih tinggi lagi terikat oleh pantauan Tuhan, di manapun ia berada, dan ke manapun kaki melangkah.

Mengapa kita harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan ? Karena, fitrah manusia pada dasarnya adalah bertuhan, cenderung pada segala kesucian, kebaikan, keindahan dan kebenaran. Lokus, tempat dimana kesadaran kesucian manusia pada fitrahnya berada pada hati nurani. Nurani, yang berasal dari kata bahasa Arab, yaitu nur artinya bersifat terang. Jika kita memiliki hati yang bersih dan terang, maka akan mampu menerangi jalan hidup kita pada jalan yang baik dan benar.


Namun, manusia memiliki kelemahan yang senantiasa terancam, dan berpotensi untuk menyimpang dari hati nuraninya, disebabkan oleh perbuatan dosa. Dosa adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani. Karena itulah, maka dosa biasa disebut juga sebagai sesuatu yang munkar (tunggal) atau munkarat (jamak), yang artinya sesuatu yang diinkari atau ditolak oleh hati nurani.

Jika seseorang sering melakukan perbuatan dosa, maka lama-kelamaan hatinya akan mengalami kegelapan (zhulm), dan ia sendiri akan menjadi "manusia gelap" atau zalim (zhalim). Hatinya tidak lagi bersifat nurani (hati yang terang atau menerangi), tetapi telah berubah menjadi hati zhulmani (hati yang gelap).

Dalam keadaan hati zhulmani, hati yang kehilangan sinar yang terang, orang akan kehilangan kesadaran untuk dapat membedakan antara baik dan buruk, atau benar dan salah. Baginya, pilihan hidup dianggap sama saja, sehingga ia akan terjerembab ke dalam lembah jalan hidup kesesatan. Inilah, sejatinya pangkal dari kesengsaraan hidup manusia, baik kesengsaraan ruhani maupun jasmani.

Mengapa seseorang terjebak dalam perbuatan dosa ? Karena, manusia memiliki banyak kelemahan. Antara lain, manusia biasa tidak tahan untuk menanggung derita walau bersifat untuk sementara, meski di kemudian hari akan ada kebahagiaan yang besar. (Q.S. 4 : 27). Manusia cenderung memilih hal-hal yang bersifat segera, atau jangka pendek karena daya tariknya, dan lengah atau mengabaikan akibat buruk yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang (Q.S. 75 : 20).

Sebenarnya, manusia akan merasakan kebahagiaan hidup dalam kebaikan dan kebenaran, kerena fitrah manusia adalah mahluk yang cenderung pada kebaikan dan kebenaran. Akan tetapi, karena kelemahan yang dimilikinya, yakni tidak biasa menanggung derita, dan cenderung lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat segera, maka manusia akan mudah untuk tergoda dan terjebak dalam perbuatan dosa. Itulah, mengapa dalam agama, istilah dosa biasa diartikan juga sebagai perbuatan apa saja yang dalam jangka pendek membawa kesenangan, namun dalam jangka panjang akan memperoleh kesengsaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun