Sorotan rakyat, baik sebelum maupun kini dalam situasi pandemi, ternyata tak pernah lepas dari berbagai masalah yang terus dibuat oleh pemerintah dan parlemen, yang tentu saja aktornya para politisi.
Masyarakat juga dapat membaca dan menebak sutradara di belakang mereka siapa, untuk kepentingan apa, bagaimana intriknya, kapan waktunya, di mana tempatnya, dan siapa yang membawakannya.
Sekitar 7 tahun ini
Sehingga, praktis dari sekitar tujuh tahun lalu hingga sekarang, negeri ini terus diterpa masalah dan sengkarut tak berujung. Herannya, meski masalah-masalah dan sengkarut dibuat oleh mereka, namun bila rakyat memberi masukan, mengkritik, sampai melakukan demonstrasi, mereka tidak bergeming dan tetap asyik masuk menjalankan skenario dan penyutradaraannya sesuai ambisi dan program mereka.
Sampai-sampai, sering saya jumpai di berbagai media massa maupun media sosial, ada rakyat yang membela mereka dengan kalimat yang tak asing yaitu sepertinya tidak ada yang benar yang dilakukan oleh mereka. Selalu saja salah.
Pada suatu kesempatan, sempat saya jumpai ada rakyat yang membela luar biasa kepada junjungannya, dan kurang lebih mengucapkan kalimat yang sama demi membela mereka. Padahal, pokok bahasannya saat itu jelas hanya dalam satu topik/tema, yang membikin berbagai pihak dan rakyat kecewa, marah, sedih dan ungkapan sejenisnya, atas kebijakan dan peraturan yang dibikin oleh pemimpin yang diberi amanah oleh rakyat.
Tetapi, pemuja abadi tetap saja ngeyel dan mencampuradukkan dengan masalah lain, yang juga menjadi masalah bagi rakyat.
Sampai-sampai saya bilang, bila mata hati sudah dibutakan, maka misalnya melihat warna hitam pun akan disebut putih. Padahal dalam kesempatan itu, sampai dijelas-jelaskan bahwa, sejak pemimpin Indonesia pertama siapa, sampai sebelum pemimpin Indonesia sekarang siapa, berbagai pihak dan rakyat juga sudah memberi kritik sampai demonstrasi kepada pemimpin negeri karena kebijakan dan aturannya bikin rakyat menderita.
Terlebih sejak kran reformasi di buka. Berbagai pihak dan rakyat pun memaknai momentum tersebut dengan menjadi pendamping pemimpin dengan kritik dan sarannya agar tak salah arah dan salah jalan.
Namun, sejak tujuh tahun lalu hingga sekarang, secara statistik dan matematis, nyatanya masalah dan sengkarut di negeri ini bisa dibilang unggul telak dari periode kepemimpinan sebelumnya dan tak pernah tuntas dan tak berujung dalam  persoalan sengkarut yang mereka bikin.
Keserakahan, kekuasaan, takut kehilangan