Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melihat Kritik dari Substansinya

2 Juli 2021   11:11 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:15 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Rakyat dan mahasiswa sampai demonstrasi, pemerintah dan Presiden tetap tak goyah. Malah, saat rakyat dan mahasiswa sampai demo ke Istana, Presiden pun tak muncul.

Sudah begitu, rakyat dan mahasiswa malah dituduh oleh pihak pendukung Jokowi sebagai bagian dari gerbong ini dan itu. Selalu melupakan substansi apa yang menjadi penyebab rakyat dan mahasiswa sampai demonstrasi. Padahal, banyak juga pendukung Jokowi yang secara hati nurani, cerdas intelegensi dan emosi mahfum dan setuju ada demo karena memang pemerintah dan Presiden harus diingatkan.

Di sisi lain, rakyat dan mahasiswa yang demo pun, banyak yang tetap menjadi bagian pendukung Jokowi. Namun, karena demo ada alasan dan substansi yang dituju, terutama bicara amanah untuk rakyat, maka mereka pun tetap ikut demo. Semua itu dilakukan, intinya mengingatkan agar pemerintah dan Jokowi amanah! Termasuk kritik BEM UI, sekarang, yaitu pengingatan anak kepada bapaknya.

Ayo lihat substansinya

Atas kritikan BEM UI kepada Jokowi, bukannya seluruh rakyat bangsa ini melihat substansi kritiknya. Berbagai pihak malah menggoreng sikap positif anak bangsa yang justru dari kalangan akademisi, yang mustahil berani mengeluarkan kritik asal bunyi (asbun).

Sayang, pihak yang tak suka terus kebakaran jenggot dan terus menebar narasi negatif, terus nyinyir, mengkaitkan dengan ini-itu, menuduh, dan lain sebagainya, yang nampaknya tujuannya untuk membentengi, melindungi, dan membela Jokowi.

Apakah bisa dipastikan bahwa BEM UI dan jajarannya adalah pihak bukan pendukung Jokowi? Tetapi terlepas hal itu, sebagai akademisi, tetap memiliki tanggungjawab ilmiah untuk mengingatkan pemimpin bangsa yang dilihatnya belum amanah.

Lebih disayangkan, lagi-lagi saat didemo atau dikritik, Presiden hanya melakukan respon formalitas. Bukan respon berdasarkan substansi yang menjadi bahan kritik.

Sejauh ini, Jokowi baru merespon sejak di
kritik The King of Lip Service alias Raja Membual yang dilontarkan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI). Responnya, dalam video berdurasi 2 menit 1 detik yang diunggah Sekretariat Presiden di Youtube, Jokowi sembari tersenyum mengatakan bahwa kritik tersebut sebagai hal lumrah di negara demokrasi. Ia bahkan sempat menuturkan kalau sebelumnya acap kali mendapat julukan dari berbagai pihak seperti otoriter hingga bapak bipang.
"Itu kan sudah sejak lama, ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada yang ngomong saya ini bebek lumpuh, dan baru-baru ini ada yang ngomong saya ini bapak bipang, dan terakhir ada yang menyampaikan mengenai The King of Lip Service. Ya, saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja," ujar Jokowi, Selasa (29/6/2021).

Jokowi juga menambahlan bahwa universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Dalam kalimat selanjutnya ia berujar, "tapi juga ingat bahwa kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan".
Mahasiswa, kata dia, kemungkinan sedang belajar mengekspresikan pendapat. Namun, mantan Wali Kota Solo ini mengingatkan hal penting yang perlu diperhatikan saat ini adalah pekerjaan menghadapi Covid-19.

Atas respon Jokowi tersebut, berbagai pihak pun lantas membahas hingga berbagai media massa pun mengungkit respon Jokowi yang datar. Hampir, semua pihak yang sejalan dengan kritik BEM UI, sangat berharap Jokowi melihat substansi kritik dan ada tindakan yang signifikan. Meski benar, sekarang Covid-19 sedang gawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun