Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Hanya Khawatir Learning Lost, tapi Sikapi Wabah Plonga-Plongo dan Penyakit Kedunguan pada Peserta Didik!

3 Juni 2021   21:28 Diperbarui: 3 Juni 2021   21:42 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh pada dunia pendidikan di seluruh negara belahan mana pun di dunia ini. Tetapi, khususnya bagi Indonesia, tanpa hadir pandemi corona saja, pendidikan terus terpuruk.

Bahkan bila Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, sekarang kawatir terjadi learning lost pada peserta didik di Indonesia, saya malah bilang, sejatinya peserta didik di Indonesia sudah learning lost dari puluhan tahun sebelumnya.

Terlebih bila ukurannya sesuai fakta dan data yang diukur oleh PISA. Siswa Indonesia terus terpuruk pada bidang membaca (literasi), matematika, dan sains. Ditambah hadirnya corona, maka bila Nadiem kawatir, jadi lucu. Sebab, faktanya siswa Indonesia sudah learning lost, sebelum Nadiem menjabat jadi menteri.

Kondisinya lebih buruk

Di tengah pandemi corona, saya sendiri, hingga kini masih terus melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan khususnya via kegiatan olah raga tatap muka dengan protokol Covid-19 ketat pada peserta didik usia dini dan muda (8-17 tahun) di tengah masyarakat secara aktif.

Dalam setiap berhadapan dengan mereka, ternyata cukup susah mendeskripsikan kondisi intelektual, sosial, emosional, analisis, kreatif-imajinatif-inovatif (Iseaki) anak-anak, yang terdiri dari berbagai sekolah formal (SD, SMP, dan SMA). Memperhatikan anak-anak seusianya di lingkungan umum pun, kondisi Iseakinya, setali tiga uang, tak berbeda jauh.

Salah satu gambaran yang saya rasakan adalah tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para penggiat media sosial (medsos), yang menayangkan video viral, mewancarai  anak-anak sekolah atau pun orang dewasa. Saat diberikan pertanyaan, terlihat bingung dalam memberikan jawaban, malah cenderung ngawur dan asal-asalan. Padahal pertanyaannya kategori sangat mudah dan pertanyaan umum.

Bila Nadiem kawatir terjadi learning lost, kondisi itu malah sudah lost. Kasihan anak-anak kita, jadi terlihat plonga-plongo dalam arti sebenarnya. Bukan plonga-plongo seperti makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya cuma sekadar mulut ternganga, tercengang. Masa, KBBI begitu?

Anak-anak tidak sekadar mulut menganga dan tercengang. Tetapi, memang nampak tak tahu apa-apa. Tak ada bekas dan sisa-sisa asupan pendidikan, bekal ilmu pengetahuan baik di sekolah maupun di rumah. Benar-benar plonga-plongo dalam arti yang benar. Ini sangat signifikan dengan nilai dari PISA yang sangat lemah dalam hal membaca/literasi, matematika, dan sains.

Jujur, para pemimpin bangsa ini seharusnya berhenti sibuk memikirkan dirinya sendiri, keluarga, kolega, kelompok, partai, dan kepentingannya. Lihat anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia, di tengah pandemi corona, di tengah pembelajaran jarak jauh (PJJ), intensitas plango-plongonya semakin bertambah, sebab bangsa ini juga terus bermasalah pada ujung tombak pendidikan kita, yaitu para guru yang semakin nampak tak kompeten dan tak profesional, sebab dalam Uji Kompetensi Guru (UKG) saja terus gagal.

Anak-anak semakin terbudaya abai membaca. Tak terbiasa mengasah otaknya untuk sekedar berpendapat apalagi analisis (matematis), pun semakin tertinggal zaman karena tak pernah menyelami sains.

Sekolah juga tak mampu bekerjasama dengan orang tua saat pembelajaran PJJ, sehingga para orang tua pun bingung harus bersikap dan bertindak seperti apa kepada anaknya di rumah, karena terlalu banyak sekolah yang tak dapat berkolaborasi dengan para orang tua saat proses PJJ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun