Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pilihan Kata Membenci, Jauh dari Tepat dan Tidak Edukatif

8 Maret 2021   13:24 Diperbarui: 8 Maret 2021   13:40 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dari tradisi nenek moyang, rakyat Indonesia itu ramah dan santun dan sudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain sejak dulu. Tetapi, sejak rezim ini, rakyat terus diteladani sikap tak ramah dan tak santun oleh para pemimpin negeri yang sewajibnya menjadi panutan. 

Hasilnya, netizen Indonesia pun berprestasi sebagai yang tak santun di Asia Tenggara. Tapi, lucunya banyak netizen malah tidak sadar lalu instrospeksi, tapi malah marah. Persis meneladani para pemimpin di Republik ini sekarang.

Yakin bila Ki Hajar Dewantara masih hidup, tidak tahu bagaimana pikiran dan perasaannya melihat situasi Indonesia terkini. Sebab ajarannya, Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan. Dan, Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan, sekarang sudah jauh dari harapan dan citanya.

Pasalnya, negeri ini penuh perseteruan dan kisruh tak berujung yang aktornya dijuluki cebong, kampret, kadrun. Lalu, di tambah influencer dan buzzer.

Malah, pejabat Istana pun menjadi aktor dan biang kisruh lagi dengan mengkudeta partai yang masih ada pempimpinnya. Tidak tahu malu dan tidak ada jiwa ksatrianya sama sekali, sebab, mungkin mata hatinya sudah dibutakan oleh kepentingan dan kepentingan duniawi dan tak peduli lagi pada rakyat yang terus menjadi saksi kekacauan negeri ini, yang sumber masalahnya justru mereka cipta.

Ucapan Presiden, polemik

Di sisi lain, saat kisruh terus banjir di negeri ini, Presiden kita, Bapak Jokowi juga ikutan membikin polemik yang langsung memperkeruh suasana karena ucapan dalam kampanyenya menjadi kontroversi.

Herannya, bukannya meminta maaf dan mencabut kata-kata yang menjadi kontroversi, Presiden justru mengeluhkan ramainya masyarakat dalam merespon pernyataan dirinya terkait ajakan untuk membenci produk-produk asing dan mencintai produk-produk Indonesia. 

Malah Jokowi heran, sebab tidak boleh berbicara untuk tidak suka produk asing.
"Masa enggak boleh bilang tidak suka, kan boleh saja tidak suka pada produk asing. Gitu aja ramai," kata Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional XVII HIPMI 2021 di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/3/2021).

Bukannya meredakan suasana, Presiden kita malah terkesan tak terima saat masyarakat mengkritik. Alih-alih mendinginkan suasana, Jokowi malah beralasan, mencintai produk dalam negeri penting demi perbaikan ekonomi Indonesia. Sebab, perbaikan ekonomi jangan sampai hanya menguntungkan produk luar. Oleh karena itu, Jokowi mengajak masyarakat untuk mencintai produk Indonesia dan membenci produk asing.

Pertanyaannya, bukankah mustahil Presiden tak mengetahui, bahwa akibat ucapannya, banyak negara lain yang langsung bereaksi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun