Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Egois dan Mementingkan Diri Sendiri, Salahkah?

24 Oktober 2020   13:20 Diperbarui: 24 Oktober 2020   13:26 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Bagaimana dengan buruh dan mahasiswa yang akhirnya menolak UU Cipta Kerja terpaksa dengan cara demonstrasi dan akhirnya ada yang menunggangi?

Jelas, tujuan buruh adalah memperjuangkan nasib diri mereka sendiri, dan nasib generasi mendatang dan masa depan Indonesia yang akan kembali  "terjajah" oleh UU Cipta Kerja di negerinya sendiri.

Dari deskripsi tersebut, maka banyaknya rakyat Indonesia yang belum terdidik, belum merasakan bangku sekolah, tentu hanya bisa sekadar menjadi penonton dari semua peristiwa ini.

Dan rakyat pada umumnya, tentu akan dapat menilai sendiri mana sikap dan perbuatan yang dapat ditiru dan diteladani oleh mereka. Yang pasti, pelajaran khusus dari UU Cipta Kerja ini, ada pihak yang sedang bersikap sangat egois dan mementingkan diri sendiri karena ada udang di balik batu. Dan, ada pihak yang benar-benar memperjuangkan nasib diri sendiri, nasib rakyat Indonesia, dan nasib masa depan bangsa.

Untuk lebih memahami, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), egois adalah sebutan untuk orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Ia menganut paham egoisme, yakni pandangan yang melihat bahwa satu-satunya tujuan hidup adalah mewujudkan ambisi pribadinya. Orang egois adalah mereka yang hanya bahagia ketika tujuannya tercapai.

Dengan demikian, kasus UU Cipta Kerja dapat dikategorikan sebagai sikap egois. Sikap ambisius dari DPR dan Pemerintah demi suatu tujuan yang sesuai kepentingannya, namun tidak selaras dengan kepentingan rakyat.

Di luar konteks UU Cipta Kerja, sejatinya dalam beberapa kasus kehidupan sehari-hari, egois dan mementingkan diri sendiri tidak selalu salah. Mengapa? Sebab, memang ada kalanya seseorang, sebuah keluarga, instansi, institusi, hingga bangsa dan negara mendahulukan yang terbaik untuk dirinya, keluarganya, instansinya, institusinya, bangsa dan negaranya yang tidak merugikan pihak lain. 

Sebagai contoh, dalam urusan pribadi maupun pekerjaan, ada saatnya kita perlu mengambil keputusan berdasarkan yang kita butuhkan dan yang terbaik untuk kita. 

Begitu pun keputusan dalam keluarga, dalam instansi, institusi, hingga dalam keputusan menyangkut bangsa dan negara, dengan catatan tidak ada pihak yang dirugikan, karena murni bersikap egois dan mementingkan diri demi kebaikan sendiri.

Dalam kasus-kasus lain, dalam kehidupan di masyarakat, kita dapat menemukan contoh-contoh kasus, mana individu/pribadi/keluarga yang hobinya egois dan mementingkan diri sendiri yang berefek pada masyarakat sekitar. Dan, mana pribadi yang egois dan mementingkan diri sendiri, namun tak berefek dan merugikan orang lain dan masyarakat.

Namun demikian, yang namanya sikap egois dan mementingkan diri sendiri memang lekat dengan konotasi negatif. Karenanya, orang-orang yang terpaksa harus bersikap egois dan mementingkan diri sendiri, biasanya memiliki karakter jujur dan rendah hati. Tipikal orang seperti ini, akan memberikan alasan mengapa kali ini harus mementingkan diri sendiri dengan alasan yang logis dan masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun