Bukan soal adaptasi di lapangan bola yang jadi persoalan. Akan tetapi, lebih ke lingkungan hidup berbeda yang menjadi tantangan tersendiri. Apalagi bagi seorang Lionel Messi yang tidak terlalu menyukai gaya hidup nan glamor ala pesepakbola top lainnya.
Sulit membayangkan di musim mendatang seorang Messi akan pindah ke Paris, London, Liverpool atau Manchester. Semua kota-kota ini memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Barcelona. Manchester, misalnya, lebih sepi dibandingkan Barcelona. Belum lagi cuacanya. Lalu bagaimana dengan Paris?
Kota mode ini tentu saja sangat menarik bagi Messi maupun isterinya Antonella Roccuzzo. Baik untuk berbelanja atau berlibur bersama ketiga anaknya, yakni Thiago, Mateo dan Ciro. Namun, pindah ke sini untuk semusim atau mungkin lebih? Oh, No!
Andaikan pindah, Messi pasti akan kehilangan pesona khas kota Barcelona. Mulai dari atmosfer di tapas bar, jalan-jalan kecil di kawasan Gothic Quarter dan kehangatan pantai-pantainya yang telah dikenalnya selama lebih dari dua puluh tahun. Dan tentu saja yang pasti paling dirindukannya adalah gemuruh suara Cules, pendukung Barca di stadion Camp Nou.
Bagaimana dengan bahasa Inggris? Konon Messi hanya sedikit mengerti beberapa frasa dalam bahasa Inggris. Bahasa Prancis? Ah, lupakan saja. Kalau jadi pindah ke PSG, mungkin saja sebagian kru di PSG yang diminta kursus bahasa Spanyol. Bukan sebaliknya. Ahaha. :)
Boleh jadi kendala bahasa inilah yang sejak dulu disadari Messi. Itu sebabnya, Messi pun mengirim anak-anaknya belajar di "British School of Barcelona", salah satu sekolah termahal di kota itu. Biaya sekolah ketiga anaknya itu kabarnya mencapai 35,400 euro setahun atau lebih dari 600 juta rupiah.
Kehidupan di kota Barcelona mungkin saja akan kembali berdenyut seperti biasa. Tetapi tidak lagi bagi FC Barcelona. Tidak juga bagi semua Barcelonista. Dan sedihnya hal yang sama juga berlaku bagi Lionel Andres Messi. Semuanya berubah!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!