Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Nasi Goreng dan Wisata Kuliner Dunia

27 April 2020   18:00 Diperbarui: 27 April 2020   21:29 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto makanan adalah foto koleksi pribadi.

"Nasi Goreng juara lagi!". Boleh jadi tajuk berita seperti di atas kian akrab di ruang percakapan kita. Bukan baru-baru ini saja, tetapi mestinya sudah sangat lama. Sejak doeloe selalu juara!

Sejatinya, Indonesia memiliki segudang makanan berkelas alias kategori juara. Tidak hanya Nasi Goreng (Nasgor) - makanan favoritku! Ada juga rendang, sate ayam, gudeg, pempek, puluhan jenis soto dan ratusan makanan khas lainnya. Kenikmatan tiada tara ini mungkin membuat sebagian dari kita ketika bepergian ke luar negeri pun masih kerap membawa beberapa 'jimat' penyedap rasa. Seolah ingin membawa sebagian rasa khas Indonesia itu kemanapun kita pergi.

Dalam berbagai perjalanan ke mancanegara, betapa sering saya mendapatkan grup wisatawan Indonesia selalu membawa sambel, abon, dll di manapun mereka makan. Bahkan ada juga yang membawa 'rice cooker' demi bisa memasak nasi di kamar. Sebaliknya, wisatawan perorangan cenderung lebih adaptif dan selalu mau mencoba sesuatu yang berbeda. Mungkin saja mereka pun ikut nembawa sedikit sambel, kopi, dll dari tanah air, tetapi soal makanan, jauh lebih fleksibel.

Lalu apakah membawa sambel dan juga mencari nasi adalah sesuatu yang 'terlarang'? Tidak juga. Toh grup wisatawan Thailand ke mana-mana juga sama, bahkan Tour Leader-nya kadang siapkan sendiri sambelnya begitu memasuki sebuah restoran. Namun demikian, tidak berarti semua makanan harus disambelin.

"Life is either a daring adventure or nothing", kata Helen Keller, seorang penulis dan aktivis politik kenamaan Amerika. Jadi, kenapa kita tidak mau mencoba sesuatu yang berbeda, meskipun mungkin hanya sekali sebagai pengalaman hidup.

Dalam sebuah perjalanan, bukan hanya melihat berbagai pemandangan alam atau atraksi wisata semata. Bukan juga demi berbelanja apapun yang menjadi incaran. Tapi tidak kalah pentingnya adalah pengalaman mencoba dan menikmati kuliner lokal di suatu negara tujuan. Bukankah esensi sebuah perjalanan itu juga mencakup aspek 'what to taste', selain 'what to see, what to do, and what to buy'. 

Pengalaman makan paella yang khas Valencia itu akan kian bermakna jika kita tahu sedikit kisah dibaliknya. Misalnya, sejak kapan orang Spanyol gunakan beras sebagai bahan dasar membuat paella. Sedikit membaca tadi niscaya mempertebal hasrat untuk mencicipi rasa otentik makanan yang berasal dari Valencia sejak abad 19 itu. Beras sendiri masuk ke negara di semenanjung Iberia ini, sejak bangsa Moors membawa masuk budaya menanam padi di abad ke 10.

Gara-gara sambel sachet, saya pernah diomelin seorang chef di sebuah restoran lokal di kota kecil Imprunenta, dekat Firenze. Pasalnya, menu rombongan kita, Spaghetti alle Vongole yang putih suci, yang belum juga dicicipi sudah buru-buru disambelin merah oleh sebagian besar peserta tour. 

Hasilnya, adalah sebuah 'disaster'. Rasa asli makanan tsb menjadi berubah secara dramatis, begitu pula wajah sang koki yang resep nenek moyangnya menjadi rusak ditangan seorang Tour Leader yang tanpa sungkan membagi-bagikan sambel sachet bawaannya.

Jika melihat laju pertumbuhan bisnis kuliner di tanah air dan kebiasaan kita untuk selalu mencoba berbagai makanan baru, maka seharusnya kita tergolong 'adventurous eaters' dibandingkan turis Amerika, yang kemana-mana cari Coke, McD, Starbucks, dll -- hampir semuanya yang juga mereka temukan di negara asal. Begitu juga wisatawan China yang kemanapun mereka pergi, lebih sering terlihat di restoran Chinese, dibandingkan di resto lokal lainnya.

Seorang pecinta kuliner pernah mengatakan, "Try everything once, twice if need be!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun