Mohon tunggu...
Tonang Dwi Ardyanto
Tonang Dwi Ardyanto Mohon Tunggu... Akademisi dan Praktisi Pelayanan Kesehatan

Dosen, Dokter, ... Biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penolokan Mutu RS

8 Februari 2017   08:54 Diperbarui: 8 Februari 2017   09:09 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam upaya peningkatan mutu RS, salah satunya adalah melalui upaya penolokan (benckmarking). Untuk melakukannya, bisa menggunakan beberapa cara:

1. Diuji terhadap standar-standar yang berlaku baik nasional maupun internasional. Bentuk mudahnya adalah melalui Akreditasi. Dengan demikian tergambarkan seberapa kita telah memenuhi standar. Tentu harus diingat, bahwa standar itu artinya minimal. 

2. Diuji terhadap RS lain sebagai pembanding. Tentu dalam hal ini, kita harus memilih RS yang layak menjadi pembanding: dalam standar klasifisikasi dan kualifikasi yang setara atau lebih tinggi, disertai karakteristik yang mirip agar bermakna perbandingannya. Dengan cara ini tergambarkan seberapa posisi dan pencapaian kita dibandingkan dengan RS yang setara. Artinya tidak sekedar memenuhi standar, tetapi juga minimal sejajar dengan RS-RS pembanding tersebut. Agar dapat terlaksana, tentu harus ada kerjasama dan kesepakatan antar RS untuk dapat saling membandingkan diri sampai batasan-batasan yang disepakati. 

3. Diuji terhadap pencapaian diri sendiri pada era atau kurun waktu sebelumnya. Hal ini untuk mendapatkan gambaran apakah kita sudah lebih baik daripada sebelumnya. Artinya: tidak sekedar memenuhi standar, tidak sekedar dapat berkompetisi dengan RS setara tetapi juga berkembang lebih baik daripada sebelumnya. 

Untuk melakukan upaya benchmark ini, bisa dibantu oleh pihak luar agar ada masukan. Tetapi sebenarnya lebih bermakna lagi bila mampu melakukan kajian dan analisis sendiri. Bila dilakukan sendiri, maka kita bisa mencermati sampai ke titik-titik terkecil dan menilai suatu kinerja rutin (routine bussiness), bukan sekedar terjebak pada best performance sebagaimana tidak jarang kita alami waktu menghadapi penilaian akreditasi. 

Dengan mengikuti 3 pola tersebut, kita bisa temukan apakah benar-benar kita berkembang atau sebenarnya kita meraih suatu "prestasi" lebih karena kebetulan teman-teman sekitar kita yang tidak mencapai standar atau sedang menurun prestasinya. 

Dalam hal perangkingan misalnya, tentu adalah sebuah prestasi yang layak dihargai kalau kita mendapatkan suatu penghargaan dan pengakuan. Tetapi lebih dari itu, kita sendiri yang juga harus menilai apakah sebenarnya kita benar-benar berkembang dibandingkan sebelumnya, atau sekedar karena sekitar kita juga tidak berkembang. 

Dalam hal inilah, muhasabah (mawas diri, introspeksi, uji diri, self-assessment) mendapatkan tempatnya. 

Mari terus bermuhasabah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun