Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terbaik atau Terbalik

28 Juni 2020   21:00 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:11 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang Terbaik bisa Terbalik ketika kita tidak mampu mengendalikan diri...

Terbaik artinya BerIntegritas dan Berakhlak Budi pekerti baik, ia membangun dan mempertahankannya setengah mati sampai mati!

Pilihan ada pada kita, ingin menjadi yang Terbaik atau Terbalik...

"ya ampuuun, coba baca berita ini deh pa. "Memang ada berita apa, nak? "korupsi lagi, korupsi lagi, setiap hari selalu ada berita korupsi. 

Para pelakunya kan kedudukannya sudah tinggi dan terhormat, kekayaannya pun berlimpah. Mereka juga berlatarpendidikan tinggi. Tetapi kenapa kok masih korupsi ya,pa? "

Iya nak. itu gunanya, kita harus selalu bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang kita miliki, berhati-hati dalam melangkah dan membawa diri. Maksudnya bagaimana,pa? Oh, intinya begini nak. manusia diberikan karunia akal untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. 

Akal ditempatkan di kepala tempat yang paling tinggi dan terhormat. Akal-lah yang membedakan antara manusia dengan mahluk lainnya. Akal hendaknya dipergunakan untuk berpikir, untuk membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, dll. 

Oleh karenanya cara berpikir, ucapan, perkataan, perilaku dan perbuatan tentu semuanya harus melalui proses berpikir agar outputnya positif. Bisa dibayangkan kan nak apa jadinya bila semua itu tanpa dilandasi akal yang sehat. 

TIGA JENGKAL YANG MEMBEDAKAN, ya Tiga jengkal ke bawah dari kepala kita, terdapat ada perut dan organ pencernaan, dll. 

Untuk bisa hidup kita perlu makan. Oleh karena itu untuk mencari makan dan memenuhi kebutuhan hidup kita serta dalam menyikapi berbagai input yang masuk harus menggunakan akal untuk mencernanya dan bukan sebaliknya (mengutamakan urusan perut tanpa menghiraukan caranya). 

Bila mengandalkan akal saja tentunya akan berbahaya, semuanya dan semaunya akan dilakukan menurut akal kita, oleh karena itu akal haruslah dikendalikan oleh hati. 

Dan hati yang dapat mengendalikan akal adalah hati yang sehat dan terpelihara kebersihannya serta senantiasa dapat memantulkan energy positif kepada lingkungannya. 

Bila terjadi fraud, korupsi, perilaku dan perbuatan-perbuatan negative lainnya, maka akal dan hati yang akan menjadikan diri kita terhormat menjadi sebaliknya. 

Ketika kita memperturutkan ambisi/hawa nafsu yang tidak terkendali nya hanya untuk kepentingan "urusan perut" belaka sejatinya hanya akan membuat manusia yang seharusnya terhormat dan Terbaik menjadi Terbalik...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun